Media Jepang Bandingkan Harajuku dengan CFW Dukuh Atas, Haradukuh?

CNN Indonesia
Selasa, 26 Jul 2022 20:01 WIB
Fenomena Citayam Fashion Week di Dukuh Atas-Sudirman (Foto: CNNIndonesia/Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Citayam Fashion Week makin mendunia. Belum lama ini sebuah media mode Jepang menyorot fenomena di kawasan Dukuh Atas-Sudirman tersebut dengan awal kemunculan fenomena mode di Harajuku.

Menurut media mode Jepang, Tokyo Fashion, nasib Harajuku dulu tidak seperti anak-anak muda yang meramaikan kawasan Dukuh Atas-Sudirman. Skena Citayam Fashion Week didukung keberadaan media sosial dan netizen yang cukup rajin berbagi unggahan tentang fenomena ini.

"Utas keren tentang ribuan anak muda Indonesia yang berdandan dan membuat jalan-jalan di Jakarta Pusat menjadi hidup sebagai fashion catwalk, tidak seperti Harajuku di Jepang," cuit Tokyo Fashion lewat akun Twitternya.

Harajuku terkenal akan tempatnya berkumpul para pelaku fashion dengan gaya yang 'nyeleneh' dan unik. Sebenarnya ini adalah nama distrik di Shibuya, Tokyo. Namun secara umum orang mengenal Harajuku sebagai kawasan yang ditarik dari Stasiun Harajuku sampai Omotesando.

Dulu, kata Tokyo Fashion, warga dan pemilik bisnis di Harajuku tidak begitu menghargai anak-anak muda yang berbusana cukup 'gila'. Umumnya, anak-anak muda ini memilih menjauh, tidak memusuhi sehingga kedua belah pihak hidup berdampingan.

Polisi pun tak pernah absen patroli setiap hari. Anak-anak muda Harajuku ini umumnya tidak berkumpul dalam kelompok besar. Menurut Tokyo Fashion, situasi terbilang baik-baik saja. Mereka pun tidak minum-minum di jalan, menghalangi lalu lintas, main skateboard, melakukan sesuatu yang membahayakan atau mengganggu.

"Salah satu hal yang membantu Harajuku tetap hidup adalah banyaknya mahasiswa dari perguruan tinggi mode dan kecantikan Tokyo di lingkungan fashion jalanan. Mereka sering membawa anak-anak Harajuku lain ke proyek sekolah mereka sebagai model, asisten dll," tulis mereka.

Harajuku, Tokyo, Jepang, terkenal dengan street fashion anak-anak mudanya. (Foto: Istockphoto/aon168)

Kenapa skena mode Harajuku perlahan diterima warga dan pelaku bisnis di sana?

Tokyo Fashion menduga anak-anak muda ini tak sekadar pamer gaya 'nyeleneh' di jalanan. Keterlibatan siswa mode atau kecantikan Jepang membuat mereka semakin 'dilirik'.

Selain bersenang-senang dengan dandanan dan busana sesuai keinginan, orang juga mendapat gambaran seperti apa mode Jepang di masa depan.

"Hal lain yang membuat sebagian orang lebih mudah menerima fenomena fashion jalanan adalah anak-anak ini menghabiskan uang di toko-toko lokal di Harajuku. Tak ada yang membuat kalangan skeptis [fashion] lebih bahagia daripada ada pelanggan yang membayar,"imbuh mereka.

Citayam Fashion Week jadi plesetan dari agenda-agenda mode kenamaan dunia termasuk New York Fashion Week, Paris Fashion Week. Jika agenda fashion dunia ini memamerkan karya busana desainer terkenal, Citayam. Fashion Week jadi wadah anak-anak muda Citayam, Bojong Gede, dan Depok untuk sekadar nongkrong dengan gaya mereka yang nyentrik.

Berawal dari TikTok, fenomena kumpul-kumpul remaja ini pun disorot netizen. Street fashion mereka pun tak kalah dari street fashion luar negeri. Tak heran ada yang sampai membandingkan Citayam Fashion Week dengan fenomena mode di Harajuku. Apalagi ada yang sampai memberikan plesetan 'Haraduku' yakni perkawinan dari Harajuku dan Dukuh Atas.

Jika mendapat dukungan baik dari netizen, warga maupun pelaku bisnis di kawasan Dukuh Atas-Sudirman, bukan tidak mungkin kawasan ini akan populer seperti halnya Harajuku.

"Buat siapa pun yang ingin membantu membangun komunitas street fashion di Jakarta, memiliki media sosial yang secara reguler mengunggah jepretan fenomena jalanan membantu anak-anak ini saling bertemu, mendorong mereka untuk saling menginspirasi dan jadi tempat untuk mempromosikan gelaran fashion lokal atau pop up atau hal lain," pungkasnya.

(els/wiw)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK