Tujuan Wisata Populer Dunia, Jepang Kini Dilanda Paceklik Turis

CNN Indonesia
Rabu, 03 Agu 2022 14:15 WIB
Sebelum pandemi Covid-19, Jepang merupakan salah satu tujuan favorit liburan bagi turis dari berbagai belahan dunia.
Jumlah turis mancanegara yang mengunjungi Jepang turun drastis. (Foto: AP/Jae C. Hong)
Jakarta, CNN Indonesia --

Jepang telah membuka perbatasan untuk kunjungan wisatawan sejak 10 Juni 2022. Namun, pelonggaran itu belum mendatangkan banyak wisatawan mancanegara.

Bahkan, angka kedatangan wisatawan ke Jepang anjlok drastis. Padahal, sebelum pandemi Covid-19, Negeri Matahari Terbit itu merupakan salah satu tujuan favorit liburan bagi turis dari berbagai belahan dunia. Wisata Jepang dikenal begitu luar biasa.

Tapi, pandemi membuat Jepang menerapkan aturan ketat terkait protokol kesehatan para wisatawan. Perlahan, Jepang sebenarnya mulai membuka perbatasan dan sedikit pelonggaran aturan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, upaya itu masih belum bisa menarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung. Seperti dilansir CNN Travel, berdasarkan data dari Badan Layanan Imigrasi Jepang, antara 10 Juni dan 10 Juli 2022, Jepang hanya menyambut sekitar 1.500 turis.

Data menyatakan bahwa angka tersebut turun 95 persen dari periode yang sama pada 2019, sebelum pandemi Covid-19 melanda. Situasi ini jadi pertanyaan, kenapa negara yang paling ditunggu pembukaannya untuk berwisata jumlah turisnya malah menurun.

Berikut beberapa faktor yang memengaruhi jumlah kedatangan turis ke Jepang.

1. Turis mesti datang berkelompok atau ikut tur

Meskipun Jepang sudah dapat dikunjungi untuk berlibur, Jepang saat ini hanya mengizinkan wisatawan liburan dengan datang secara berkelompok dan terorganisir. Bagi banyak orang dari Barat, yang lebih menyukai spontanitas dan tidak ingin mengikuti rencana perjalanan yang ketat, kebijakan itu merupakan sebuah masalah.

Seorang pelancong asal New York yang tadinya sering bepergian ke Jepang mengungkapkan kekesalan dan frustrasi atas adanya peraturan baru ini. Banyak juga turis yang biasanya liburan sendiri atau beberapa orang saja ke Jepang, mereka berputar haluan ke Seoul, Korea Selatan.

Kastil Nagoya JepangKastil Nagoya, salah satu obyek wisata di Jepang. (Foto: CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko)

2. Tidak sepenuhnya dibuka

Kebijakan Jepang yang tidak sepenuhnya terbuka, bukan hanya berlaku untuk visa. Negara ini masih memiliki aturan masker di banyak daerah, harga tur kelompok yang mahal, dan keharusan untuk karantina pada saat kedatangan. Aturan-aturan tersebut membuat penjualan wisata ke Jepang menjadi lebih sulit.

Menurut Badan Layanan Imigrasi, dua pengunjung terbesar pariwisata Jepang saat ini adalah Thailand dan Korea Selatan. Sekitar 400 orang dari kedua negara tersebut telah mengunjungi Jepang sejak Juni 2022. Hanya 150 yang berasal dari Amerika Serikat.

3. Pengaruh China

Pada 2019, pasar pariwisata tunggal terbesar Jepang adalah negara tetangga China, dengan 9,25 juta kunjungan warga China. Namun sekarang, China masih menutup perbatasan dari seluruh dunia dan masih memiliki protokol karantina yang ketat untuk warga negara dan orang asing, membuat pariwisata di negara tersebut terhenti.

Jepang bukan satu-satunya negara yang terkena dampak signifikan dari kurangnya wisatawan China. Destinasi populer bagi turis China, seperti Australia, Thailand, Singapura, dan Korea Selatan, semuanya kehilangan pendapatan, karena satu miliar plus calon pelancong memilih untuk tetap tinggal di rumah.

Mungkin sebagian besar dari turis banyak yang menunggu momen Jepang terbuka sepenuhnya. Frase 'liburan balas dendam' mungkin akan dialami Jepang, setelah mereka memutuskan lebih melonggarkan aturan.

Frase tersebut menggambarkan orang-orang yang telah menabung selama pandemi dan sekarang ingin menghabiskannya untuk berlibur, dan Jepang tetap menjadi tujuan berlibur yang populer.

(del/wiw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER