SungaiBagmati punya kontribusi besar terhadap penduduk Nepal, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun budaya dan spiritual. Namun, semakin disusuri, nasib sungai suci ini justru memprihatinkan.
Mithu Lama (59), pekerja di tempat kremasi Teku, bercerita dirinya lahir dan dibesarkan di sebelah Bagmati. Dia ingat betul air sungai saat itu digunakan untuk memasak, mandi, mencuci bahkan minum. Tapi, semua hanya tinggal kenangan. Air sungai ternodai kotoran manusia dan sampah.
"Saya sekarang sangat ragu bahwa sungai akan bersih selama saya hidup. Bukannya belum ada upaya, sudah beberapa kali kampanye bersih-bersih, tapi lebih banyak yang mengotori. Orang-orang adalah masalahnya," ujar Lama seperti dikutip dari AP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagmati yang murni dan bening berubah menjadi kecoklatan saat mencapai lembah Kathmandu. Warna coklat pun bisa berubah hitam akibat sumbatan dan puing-puing. Penduduk harus bersiap dengan bau busuk menyengat saat masuk musim kemarau.
Sungai Bagmati mendapat predikat sebagai sungai tersuci sekaligus paling tercemar di Nepal. Meski demikian, penduduk masih mengandalkan sungai dalam berbagai elemen kehidupan.
Umat Hindu ramai-ramai ke tepi sungai untuk beribadah di kuil dan merayakan festival. Kaum Hawa berenang untuk menghapus dosa selama Rishipanchami atau hari pemujaan tujuh orang bijak yang tercerahkan.
Selama festival Chhath di Nepal, orang mengarungi sungai, berdoa pada dewa matahari Surya. Kemudian selama Teej, para istri datang berdoa untuk kesehatan dan kemakmuran suami mereka, sedangkan perempuan lajang berdoa untuk menemukan jodoh terbaik.
Sungai Bagmati pun masih menyertai mereka yang sudah tiada. Jenazah akan dibawa keluarga ke tepi sungai lalu kaki dibasuh dan wajah diperciki air sungai. Penduduk meyakini air sungai mampu menghapus dosa mendiang. Abu hasil kremasi jenazah pun dilarung ke sungai.
Kini, air sungai tidak bisa diandalkan untuk ritual. "Air sungai sangat kotor dan bau. Orang-orang dipaksa untuk membawa air kemasan dan melakukan ritual," kata Lama.