Pemerintah Gambia meminta importir dan toko untuk menangguhkan penjualan semua merek obat paracetamol. Obat ini diduga menyebabkan puluhan anak di Gambia meninggal dunia.
Sebagaimana diketahui, sebanyak 28 anak di Gambia meninggal dunia dalam tiga bulan terakhir. Hasil autopsi yang dilakukan otoritas kesehatan setempat menemukan adanya kaitan dengan penggunaan obat paracetamol.
"Puluhan anak [di bawah usia lima tahun] meninggal dunia dalam tiga bulan terakhir. Autopsi menunjukkan kaitannya dengan paracetamol," ujar Direktur Layanan Kesehatan Gambia, Mustapha Bittaye, melansir Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil autopsi menemukan bahwa setiap anak yang meninggal dunia sebelumnya diketahui telah mengonsumsi obat paracetamol dalam bentuk sirup.
Obat itu ditemukan meningkatkan lonjakan kasus cedera ginjal akut pada anak hingga menyebabkan meninggal dunia.
Namun demikian, regulator peredaran obat Medicines Control Agency (MCA) mengatakan bahwa hingga saat ini tak ada cukup data yang bisa digunakan untuk melarang peredaran sirup tersebut. Paracetamol sendiri dikenal sebagai obat penghilang rasa sakit yang biasa digunakan untuk mengobati demam.
Anak-anak yang dilaporkan meninggal dunia tersebut, sebelumnya mengalami sejumlah gejala. Berikut beberapa gejala yang muncul:
- sulit buang air kecil,
- demam,
- muntah,
- gagal ginjal dalam level akut.
Tak disebutkan merek obat yang terkait dengan kasus ini. Hanya saja, pemerintah telah mengirim beberapa sampel obat paracetamol ke laboratorium untuk melakukan pengujian kualitas.
Kendati demikian, merespons kabar tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut kecil kemungkinan paracetamol jadi penyebab meninggalnya puluhan anak di Gambia. Alih-alih paracetamol, WHO justru menyoroti air yang tercemar sebagai dugaan penyebab kematian anak.
(asr)