Banyak orang menganggap, sekali seseorang menjadi playboy, maka selamanya ia akan menjadi playboy. Artinya, tak ada kata 'tobat' untuk perselingkuhan.
Benarkah demikian?
Jawabannya, mungkin bisa benar, tapi bisa juga tidak. Hal ini kembali lagi pada tujuan apa yang ingin dikejar dalam sebuah hubungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan rahasia lagi, perselingkuhan dapat membuat sebuah hubungan runtuh. Apalagi jika seseorang telah berselingkuh lebih dari satu kali.
Psikolog Kantiana Taslim berpendapat, ada hal-hal mendasar dalam hubungan yang biasanya memengaruhi perselingkuhan. Misalnya saja masalah komunikasi, kebutuhan emosional atau fisik, maupun kebutuhan dari aspek lain yang tidak terpenuhi.
Faktor-faktor tersebut, lanjut Kantiana, dapat menyebabkan permasalah yang menyangkut prinsip-prinsip hidup yang lebih mendasar.
"Permasalahan yang utama dan mendasar tersebut lah yang perlu diselesaikan," kata Kantiana saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Selasa (27/9).
"Sehingga solusinya juga dapat dicari dan selanjutnya juga ada pre-cautions apa saja langkah yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah yang muncul antar pasangan," lanjutnya.
Menurutnya, langkah-langkah ini menjadi penting, sehingga jika timbul masalah, kedua pihak bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut tanpa mencari distraksi atau pemenuhan kebutuhan dari pihak lain.
Kantiana menegaskan, persoalan kembali berselingkuh atau tidak akan tergantung pada pribadi masing-masing. Perselingkuhan seyogianya membuat seseorang komitmen untuk berproses dan menjadi lebih baik.
"Intinya adalah komitmen untuk berproses dan keinginan untuk mencari pemecahan masalah yang mendasarnya itu apa," ungkap Kantiana.
Dengan komitmen ini, lanjut Kantiana, seseorang dapat mengetahui langkah berikutnya yang harus diambil saat berhadapan dengan masalah, alih-alih kembali berselingkuh.
(del/asr)