Mayapada Hadirkan Tindakan Ablasi Minim Risiko untuk Penderita Aritmia

Mayapada | CNN Indonesia
Jumat, 30 Sep 2022 13:42 WIB
Konsultan Aritmia Mayapada Hospital Tangerang dr. Agung Fabian Chandranegara, mengatakan, penyakit tersebut bisa menyerang siapapun dan tak memandang usia.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Aritmia Mayapada Hospital Tangerang dr. Agung Fabian Chandranegara, Sp.JP(K). (Foto: MAYAPADA HOSPITAL)
Jakarta, CNN Indonesia --

Aritmia merupakan gangguan kesehatan yang menyerang organ jantung. Aritmia merupakan suatu jenis penyakit yang ditandai dengan gejala berupa irama jantung tidak beraturan, bisa menjadi lebih cepat atau lambat.

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Aritmia Mayapada Hospital Tangerang dr. Agung Fabian Chandranegara, Sp.JP(K) mengatakan, penyakit tersebut bisa menyerang siapapun dan tidak memandang usia. Jika tidak segera diobati maka penyakit tersebut bisa berdampak parah hingga mengancam jiwa.

"Aritmia ini sangat unik karena bisa terjadi kepada semua usia, mulai dari muda, orang tua, hingga anak-anak," kata dr. Agung dikutip dari detikcom, Kamis (29/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

dr. Agung mengatakan irama detak jantung ideal yakni di atas 60 dan di bawah 100 kali per menit. Jika detak jantung dalam kondisi istirahat di bawah 60 atau di atas 100 per menit maka itu merupakan sudah termasuk gangguan irama jantung.

"Ketika aritmia muncul maka irama detak jantung itu terganggu. Kecepatannya itu terganggu. Kurang dari 60 atau lebih dari 100 sudah termasuk gangguan irama jantung atau aritmia saat orang istirahat bukan dalam kondisi seseorang sedang beraktivitas," kata dr. Agung.

Kata dr. Agung, jika penyakit tersebut dibiarkan maka bisa mengganggu proses peredaran darah pada jantung. Oleh karena itu, masyarakat sebisa mungkin melakukan deteksi dini terhadap penyakit tersebut.

Menurutnya, untuk melakukan deteksi dini bisa dengan menggunakan metode 'menari' yang berarti meraba nadi sendiri. Setiap orang bisa meraba nadinya sendiri di tangan.

"'Menari' itu sangat sederhana dan mudah. Hitung denyut selama 1 menit kalau kurang dari 60 dan lebih dari 100 itu indikasi aritmia," jelasnya.

Ada sejumlah gejala lain yang bisa menjadi penanda seseorang mengalami aritmia yakni kliyengan, pingsan dan nyeri dada. "Sering kliyengan tanpa sebab yang jelas, misal saat jalan atau bangun dari duduk. Nyeri dada juga sering seperti ditusuk, nyut-nyutan itu merupakan gejala awal (aritmia)," jelasnya.

Menurutnya, gejala umum terkait penyakit tersebut yang umum terjadi yakni merasakan berdebar pada jantung. Biasanya orang yang terserang penyakit aritmia lebih sering merasakan berdebar. Jika hal tersebut kerap dirasakan sebaiknya segera melakukan konsultasi ke dokter khususnya dokter spesialis jantung.

"Jadi kita harus tahu frekuensi dari keluhan tersebut. Misalnya sering merasakan berdebar kencang. Misal setiap minggu kok mengalami rasa berdebar yang tidak normal, misal saat sedang menonton tv ataupun istirahat tiba-tiba berdebar," katanya.

Ia menuturkan untuk membantu pasien sembuh dari penyakit tersebut ada beberapa metode yakni meminum obat jika gejala ringan atau melakukan ablasi bahkan harus pasang alat pacu jantung. dr. Agung menjelaskan untuk pengobatan meminum obat biasanya dilakukan seumur hidup. Artinya pasien setiap hari harus mengkonsumsi obat untuk mengatasi aritmia.

"Pengobatan aritmia itu bisa beberapa jenis, bisa saja diobati dengan obat minum. Tapi tentu saja karena ada kelainan pada sistem konduksi listrik jantung maka obatnya harus diminum seumur hidup," jelasnya.

Tindakan Ablasi Minim Risiko untuk Penderita Aritmia

Sementara itu, untuk ablasi, tindakan ini tergolong lebih efisien karena tingkat kesembuhan pasien bisa mencapai 95-98 persen. dr. Agung menjelaskan tindakan ini juga tergolong minim risiko.

"Sebelum ablasi kita teliti pasien tersebut cocok pakai obat atau harus menjalani ablasi. Ketika sudah melakukan ablasi dan berhasil pasien mungkin tidak perlu lagi minum obat seumur hidup. Efek samping hampir tidak ada yang signifikan," kata dr. Agung.

"Setelah ablasi 2-3 hari pasien sudah dapat beraktivitas seperti biasa. Bahkan besok paginya sudah bisa pulang. Presentasi kesembuhan cukup baik di antara 95-98 persen keberhasilan pada banyak kasus," ujarnya.

Untuk proses ablasi sendiri ia menuturkan dilakukan dengan cara non operasi. Pasien hanya disuntikan bius lokal dan menggunakan kateter berupa kabel kecil melalui paha masuk ke jantung. Dari situ dokter akan melakukan eliminasi jalur tidak normal pada jantung penyebab aritmia.

"Ablasi dengan cara memasukan kateter atau kabel kecil dari paha dengan cara non operasi Cuma disuntikan saja melalui paha dan masuk ke jantung. Kemudian jalur yang (tidak normal) kita eliminasi atau hancurkan. Dengan gelombang mikro kita hancurkan jalur abnormal. Hanya dengan cara suntikan, tanpa bedah, tanpa operasi," kata dr. Agung.

Sementara itu, Hospital Director Mayapada Hospital Tangerang dr. Markus Waseso mengatakan ablasi bisa dilakukan di Mayapada Hospital Tangerang.

Pasalnya, Mayapada Hospital Tangerang memiliki kesiapan yang memadai dari sisi dokter spesialis sampai dengan fasilitas untuk menangani penyakit tersebut.

"Kami siap, Mayapada Tangerang sangat siap untuk menangani pasien aritmia melalui ablasi," kata dr. Markus.

Pihaknya turut menyediakan layanan yang komprehensif berupa konsultasi yang bisa dilakukan secara telekonsultasi atau tatap muka dengan dokter.

Untuk menunjang diagnostic, Mayapada Hospital Tangerang juga telah dilengkapi denganholter monitor, electrophysiology study hingga ablasi 3D, EKG Holter, dan teknologi modern lainnya.

"Jadi untuk menilai irama jantung pasien. Bila diperlukan lebih lanjut maka bisa dilakukan ablasi maka sudah kami siapkan di tempat kami yang dilakukan oleh dokter Agung. Baik dengan metode 2-3D. secara keseluruhan rumah sakit kami sudah siap untuk melakukan ablasi," jelasnya.

Yang spesial dari layanan Mayapada Hospital Tangerang yakni karena memiliki dr. Agung yang merupakan spesialisasi dari penyakit Aritmia. Di mana dokter pada bidang tersebut hanya ada 41 dokter di seluruh Indonesia.

Tak hanya itu, dr Markus mengatakan pihaknya juga memiliki kompetensi yang sangat baik untuk menangani berbagai jenis penyakit jantung. Bahkan, Mayapada Hospital Tangerang sejak pertengahan 2021 ditunjuk oleh Kemenkes dan kemenparekraf sebagai rumah sakit rujukan wisata medis Indonesia di Banten, khusus pelayanan jantung.

"Penunjukan tersebut tidak terlepas dari Karena RS kami dinilai karena memiliki sumber daya yang lengkap, mulai dari dokternya, kompetensi mereka, peralatan penunjang, maupunintensive care unit," tutupnya.

Bagi Anda yang memiliki gejala Aritmia bisa melakukan konsultasi dengan dokter Mayapada Hospital Tangerang. Dokter yang berjaga akan memberikan pelayanan sesegera mungkin.

(inh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER