Keunikan jadi salah satu nilai jual barang-barang yang ada di thrif shop. Misalnya saja, baju atau barang langka yang memiliki nilai historis.
Biasanya, hal itu bisa dilihat dari tahun rilis hingga cerita-cerita yang ada di baliknya. Kata otang, ini barang vintage.
Tapi sayangnya, untuk mendapatkan baju-baju langka itu bukan perkara mudah. Dibutuhkan kocek yang tinggi untuk mendapatkannya. Pasalnya, baju-baju langka itu dibanderol dengan harga setinggi langit. Ada bahkan yang harganya mencapai jutaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, muncul sentimen negatif menyoal gaya hidup thrifting: beli baju bekas, kok, mahal banget? Apakah semakin langka, maka semakin keren?
Pendiri Urban Sneakers Society Jeffry Jouw, yang juga telah berkecimpung di dunia thrifting, mengatakan bahwa ada kesalahpahaman sudut pandang dalam membedakan barang thrift dengan vintage.
Thrifting, menurut pria yang akrab disapa Jejouw ini, bisa diartikan sebagai mencari barang second-hand atau barang-barang yang sudah tidak terpakai. Sedangkan vintage berarti barang-barang lawas yang mempunyai nilai lebih. Salah satunya nilai historis.
"Harus dibedakan konotasi thrift dengan vintage," ujar Jejouw, saat dihubungi CNNIndonesia.com, September lalu.
Menurut Jejouw, dalam thrifting, banyak sekali baju bekas yang dijual murah. Utamanya, jika baju telah memiliki cacat fisik.
Namun di luar itu, ada juga beberapa barang yang memiliki nilai lebih. Beberapa yang biasanya dijadikan patokan adalah tahun rilis, tingkat kelangkaan barang, hingga cerita yang ada di baliknya.
Bahkan, menurut Jejouw, tak jarang ada orang yang ingin membeli sebuah baju karena ingin membeli cerita di baliknya.
"Seperti misalnya yang lagi ngetren sekarang jersey bola klasik. Jadi mereka membeli cerita di balik baju tersebut," ujar Jejouw.
![]() |
Jejouw memastikan, baju atau barang apa pun yang memiliki nilai historis pasti akan diincar oleh para kolektor atau mereka yang menyukai.
"Semakin banyak penyuka, tentunya barang tersebut akan semakin mahal," lanjutnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh pengamat street fashion, Isser James. Menurutnya, memang ada sebagian orang yang mengumpulkan baju atau barang bekas dengan unsur nilai sejarah.
"Ini bukan hal yang salah, ya. Balik lagi, itu kan, hobi, ya. Salah satu hal yang membuat orang senang. Jadi enggak salah," tuturnya, saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Tapi memang, tak semua orang bersedia merogoh kocek dalam-dalam hanya untuk sebuah baju. Hanya orang-orang tertentu yang rela membeli baju bekas dengan harga fantastis atau terkadang bahkan tak masuk di akal.
Lihat Juga : |
Pelaku thrifting @comme-desvintage menyadari bahwa orang-orang yang mengikuti gaya hidup thrifting umumnya mencari barang-barang dengan harga murah. Tak jarang orang yang mundur untuk membeli saat tahu harga barang yang diincar sangat mahal.
"Khusus orang-orang yang royal dan ngerti barang. Berapapun harganya kalau mereka ngerti pasti diincar," katanya saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Ia memastikan bahwa barang-barang berharga mahal di pasar thrift bukan barang sembarangan. Barang dipastikan memiliki cerita di baliknya.
(del/asr)