Gejala Omicron XBB Sejauh Ini, Ringan Tapi Tetap Perlu Waspada

CNN Indonesia
Selasa, 18 Okt 2022 10:30 WIB
Ilustrasi. Gejala Omicron subvarian XBB sejauh ini tergolong ringan. (Istockphoto/ vadimguzhva)
Jakarta, CNN Indonesia --

Subvarian Omicron XBB kini tengah jadi perhatian dunia. Subvarian satu ini disebut-sebut jadi biang kerok melonjaknya angka kasus Covid-19 di sejumlah negara.

Subvarian yang disebut juga dengan BA.2.10 ini telah terdeteksi di beberapa negara seperti Singapura, Australia, Bangladesh, Denmark, India, Jepang, Amerika Serikat, dan teranyar adalah Thailand.

Dua kasus baru Omicron XBB terjadi di Thailand. Kasus pertama terjadi pada wanita asing berusia 60 tahun asal Hong Kong. Sementara kasus kedua terjadi pada pria warga negara Thailand (49 tahun) yang baru saja tiba dari Singapura.

Pemerintah melaporkan keduanya pasien dalam kondisi baik.

Gejala ringan

Hingga saat ini, para ahli menduga infeksi yang ditimbulkan tak akan lebih parah daripada subvarian lainnya.

Mengutip Today Online, Wakil Dekan Penelitian di Saw Swee Hock School of Public Health Alex Cook mengatakan bahwa sejauh ini subvarian XBB tak mengarah pada gejala yang lebih buruk.

"Kasus memang meningkat, tapi jumlah perawatan intensif tidak meningkat signifikan," ujar Cook.

Sejauh ini, gejala yang dilaporkan dari subvarian Omicron XBB memang cenderung ringan. Salah satunya dilaporkan oleh Departemen Kesehatan Singapura, yang kini tengah mengalami lonjakan akibat subvarian tersebut.

Mengutip The Strait Times, gejala yang dilaporkan umumnya ringan, terutama pada mereka yang telah mendapatkan suntikan vaksin.

Ilustrasi. Gejala Omicron subvarian XBB umumnya tergolong ringan. (iStock/bymuratdeniz)

Beberapa gejala yang dialami di antaranya:

- sakit tenggorokan,
- batuk pilek,
- demam ringan.

Namun demikian, meski gejalanya tergolong ringan, masyarakat diimbau untuk tetap waspada. Pasalnya, subvarian satu ini diduga lebih menular dibandingkan subvarian lainnya.

Presiden Asia Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection, Paul Tambyah mengatakan bahwa XBB kemungkinan lebih menular karena jumlah infeksi di Singapura yang meningkat signifikan.

"Meski kami tidak memiliki semua data genom tentang gelombang kasus saat ini, XBB kemungkinan besar lebih menular karena jumlah infeksi yang meningkat cukup signifikan selama beberapa minggu," ujar Tambyah.

(asr)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK