Viral sebuah unggahan video di media sosial TikTok memperlihatkan seorang anak yang memegang alat kelaminnya. Hal ini tentunya membuat orang tua menjadi khawatir dan bingung dengan keadaan si kecil.
Ternyata, kondisi anak yang sering memegang alat kelaminnya dianggap wajar, Kondisi ini menandakan si kecil telah memasuki fase phallic atau fase di mana anak mulai menjadikan alat kelamin sebagai objek kenikmatan atau perhatian.
Hal serupa juga diungkap oleh psikolog klinis Danang Baskoro. Dirinya mengatakan fase phallic umumnya terjadi pada anak berusia 4 tahun hingga 6 tahun atau usia sebelum duduk di bangku sekolah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi anak-anak di usia 4-6 tahun ini, sebelum sekolah biasanya, ada di fase phallic. Fase phallic ini di mana objek kenikmatan dari anak atau objek perhatian dari anak itu ada di alat kelamin," ujar Danang.
Danang juga menegaskan bahwa anak laki-laki lebih sering mengalami fase ini daripada anak perempuan. Ketika si kecil berada di fase ini, mereka senang memegang atau menggesek-gesekkan alat kelaminnya baik dengan tangan maupun dengan benda lainnya.
"Biasanya yang terjadi tanda-tandanya adalah dia sering menggesek-gesekkan alat kelaminnya dengan tangan atau dengan benda apapun. Tapi biasanya dia pegang-pegang gitu," ucapnya lebih lanjut.
Dirinya juga menjelaskan bahwa fase phallic merupakan fase normal yang biasa dilewati oleh anak. Menurutnya, anak yang kerap memegang alat kelaminnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah psikologis. Ia juga menegaskan bahwa fase tersebut adalah fase yang ada pada tahapan perkembangan anak yang tidak perlu dikhawatirkan oleh orang tua.
"Jadi sebenarnya enggak ada masalah dengan [anak memegang alat kelaminnya]. Hal itu adalah hal yang normal dan wajar," jelasnya.
Meski begitu, orang tua perlu memastikan anak tidak terus menerus memegangi alat kelaminnya saat mereka berada di fase phallic. Hal ini tentu bisa berdampak terhadap fisik si kecil.
"Takutnya nanti bisa terkontaminasi kuman, jadi infeksi, atau dia enggak sehat ketika dia habis pegang-pegang terus dia makan, kan enggak sehat. Jadi inii perlu dicegah. Apalagi kalau megangnya terlalu sering bisa menyebabkan iritasi dan sebagainya," kata Danang.
Ketika anak mulai sering memainkan alat kelaminnya, orang tua perlu mengatasi hal ini agar anak tidak mengalami iritasi atau infeksi. Hal pertama yang harus orang tua lakukan adalah bertanya dan mengedukasi anak dengan perkataan yang halus.
"Jadi kita tanya dulu kenapa kok suka memegang alat kelaminnya? Dari situ kita tahu alasannya kenapa. Kalau dia enggak jawab ya enggak apa-apa karena mungkin dia enggak tahu juga alasannya. Tapi kita perlu cari tahu kenapa," katanya.
Lihat Juga : |
Tahap selanjutnya, lanjut Danang, orang tua bisa edukasi bahwa pegang-pegang alat kelamin itu boleh asal dilakukan di kamar mandi dan hanya untuk membersihkannya, bukan untuk dimainkan. Penting untuk mengingatkan anak bahwa alat kelamin mereka bisa luka atau iritasi kalau dipegang-pegang.
Ketika anak sudah terbiasa memegang alat kelaminnya dan orang tua menangkap mereka melakukannya lagi, orang tua bisa memberikan teguran.
Baca Artikel Selanjutnya di Sini..
(del/chs)