Malas berhubungan seks? Ternyata ini bukan soal libido rendah tapi resesi seks. Simak uraian tentang resesi seks, penyebab dan peluangnya 'menjangkiti' Indonesia.
Sejumlah negara menghadapi persoalan yang disebut resesi seks. Menyusul ramai isu resesi seks, pada Agustus 2022, muncul laporan Korea Selatan mendapat predikat sebagai negara dengan angka kesuburan terendah di dunia. Angka kesuburan Negeri Ginseng turun 0,03 persen jadi 0,81 persen di 2021.
Tak hanya Korea Selatan, 'hantu' bernama resesi seks ini juga gentayangan di Amerika Serikat, China, Jepang, Singapura, dan Rusia. Apa itu resesi seks dan kenapa hal ini ditakuti?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istilah resesi seks (sex recession) kali pertama dicetuskan Kate Julian, peneliti dan penulis, pada 2018 untuk tulisannya di The Atlantic. Resesi seks merujuk pada fenomena hubungan seks yang kian surut. Ia mengutip penelitian dari Jean M. Twenge, profesor psikologi di San Diego State University, yang mengeksplorasi kehidupan seksual warga Amerika.
Mengambil data dari General Social Survey dari 1990-an hingga 2014, Twenge menemukan rata-rata orang dewasa berhubungan seks menurun dari 62 kali dalam setahun jadi 54 kali saja.
Dari hasil wawancaranya dengan para ahli, Julian mendapat berbagai macam jawaban menyoal penyebab resesi seks di antaranya, penggunaan antidepresan, tingkat kecemasan tinggi, tekanan ekonomi, video porno, kurang tidur, obesitas, dan cara mendidik orang tua.
"Beberapa ahli yang saya ajak bicara menawarkan penjelasan yang lebih lengkap terkait penurunan seks. Misalnya, tingkat pelecehan seksual masa kanak-kanak yang menurun dalam beberapa dekade terakhir, dan pelecehan dapat mengakibatkan perilaku seksual dewasa sebelum waktunya dan seks bebas," tulis Julian di The Atlantic.
Di samping itu ada pula yang beralasan tidak ada lagi tekanan untuk berhubungan seks, ragam orientasi seksual, prioritas berbeda (pendidikan, karier) dan ada kemerdekaan lebih untuk memilih pasangan hidup.
Resesi seks bisa berimbas pada penurunan populasi suatu negara. Di Korea Selatan, angka kesuburan hanya 0,81 persen. Padahal untuk menjaga tingkat populasi, setidaknya perlu punya angka kesuburan 2,1 persen. Kondisi ini sepertinya diperparah dengan pandemi Covid-19.
Seperti dilansir dari Parent Map, studi dari Indiana University menemukan hampir setengah orang dewasa di Amerika mengalami penurunan hubungan seks. Temuan serupa juga ada di Australia dan Turki.