Baguette Khas Prancis Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

CNN Indonesia
Kamis, 01 Des 2022 18:00 WIB
Baguette, roti panjang khas Prancis kini masuk daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. (REUTERS/ERIC GAILLARD)
Jakarta, CNN Indonesia --

Baguette, roti panjang khas Prancis kini masuk daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Status ini dianggap sebagai penghormatan terhadap tradisi Prancis.

"Ini merayakan seluruh budaya: ritual harian, elemen struktural dari makanan, identik dengan berbagi dan keramahtamahan," kata Dirjen UNESCO Audrey Azoulay, seperti dilaporkan AFP.

Baguette memang sejak lama jadi bagian dari kehidupan warga Prancis. Suatu pemandangan umum saat orang Prancis menenteng beberapa batang baguette dan mengunyah roti saat meninggalkan boulangerie alias toko roti.

Roti ini sebenarnya baru mendapatkan nama resminya pada 1920. Saat itu, undang-undang menentukan baguette harus memiliki berat minimum 80 gram dan panjang maksimum 40 sentimeter.

"Awalnya baguette dianggap sebagai produk mewah. Kelas pekerja memakan roti pedesaan yang disimpan lebih baik. Kemudian konsumsi meluas dan pedesaan dibanjiri baguette pada 1960-an dan 1970-an," jelas Loic Bienassis dari Institut Sejarah dan Budaya Pangan Eropa, yang turut membantu menyiapkan dokumen ke UNESCO.

Akan tetapi, dari mana roti panjang ini berasal?

Sejarah awalnya agak kurang pasti. Ada yang menyebut baguette sudah ada sejak abad ke-18. Momen itu bertepatan dengan pengenalan oven mesin uap oleh tukang roti Austria August Zang (1830-an).

Kisah populer lain menyebut Napoleon memerintahkan pembuatan roti berbentuk tongkat tipis agar mudah dibawa tentara.

Kemudian, sumber lain menyebut baguette berkaitan dengan pembangunan metro Paris pada akhir abad ke-19. Baguette yang panjang lebih mudah dirobek dan dibagikan pada para pekerja sehingga menghindari pertengkaran.

Sementara telah lama menemani hari-hari warga Prancis, pada awal 2021 Prancis baru mengajukan baguette sebagai warisan budaya tak benda.

Ilustrasi. Baguette asal Prancis resmi jadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. (iStockphoto/paci77)

Kendati telah memiliki titel bergengsi, industri roti di Prancis berada dalam kondisi cukup menantang. Sejak 1970, Prancis telah kehilangan sekitar 400 toko roti artisanal. Jika ditotal, dari 55 ribu toko roti, cuma tersisa 35 ribu toko atau 1 toko menghidupi dua ribu warga.

Penurunan disebabkan penyebaran toko roti industri dan supermarket luar kota di kawasan pedesaan. Sementara itu, penduduk kota semakin memilih adonan roti dan menukar baguette ham dengan burger.

Francois Pozzoli, pembuat roti sekaligus pemenang penghargaan di kota Lyon, tidak terkesan dengan status baru baguette mengingat situasi sulit saat ini. Buatnya, hal itu lelucon semata.

"Pada saat aktivitas memanggang berada dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, ini terasa tidak tepat waktu. [Harga] tepung naik 10-15 persen, mentega sekitar 40 persen, telur 50-60 persen. Pembuat roti membutuhkan dukungan," ujarnya.

(els/asr)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK