Disebut pengapit karena fungsinya mengapit penunggul. Pengapit mengandung filosofi bahwa istri senantiasa mendampingi suami dalam suka maupun duka.
Penitis memiliki bentuk hampir sama seperti penunggul, tetapi ukurannya lebih kecil. Jika penunggul berukuran tiga ruas jari, penitis sekitar satu setengah ruas jari.
"Penitis itu pratitis, titis [dalam bahasa Jawa berarti] tepat sasaran. Istri diharapkan bisa mengelola [keuangan] dengan baik, membangun rumah tangga dengan kearifan, kebijaksanaan, sehingga tujuan tepat dalam berkeluarga," jelas Yono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada paes Solo, ujung penitis dibuat bulat menyerupai telur, sedangkan ujung penitis pada paes Yogyakarta cenderung agak bersudut atau runcing.
Godeg pada paes Solo dan paes Jogja memiliki bentuk ujung cukup berbeda meski memiliki makna serupa.
Terdapat pada area pelipis, godeg paes Jogja memiliki bentuk mirip pangot atau pisau yang digunakan untuk mencungkil daging kelapa. Hal ini memunculkan istilah godeg mangot klapa atau bentuk godeg yang menyerupai pangot kelapa.
Sementara itu, godeg pada paes Solo juga memiliki bentuk lancip tetapi menyerupai kuncup bunga turi sehingga muncul istilah godeg ngudup turi. Ujung bunga turi yang belum mekar agak bulat.
Yono menjelaskan godeg mengandung makna perempuan harus selalu ingat sangkan paraning dumadi atau asalnya. Ia dituntut untuk selalu mawas diri dalam melangkah.
"Sisi ujung godeg tadi, kan, lancip, melambangkan perempuan selalu mengasah diri sehingga lancip ing panggrahita atau cerdas dan tanggap dalam segala keadaan," imbuhnya.