Vito juga tidak menganjurkan kerokan dilakukan dengan alat lain selain koin. Misalnya, menggunakan sendok atau bahan cekung lainnya.
"Kalau sembarangan bisa berpotensi infeksi. Kulit yang terkena alat kerok ini bisa terluka, terus infeksi karena alatnya tidak bersih, malah jadi bahaya untuk kulit kita," katanya.
Luka akibat kerokan memang rawan terjadi. Hal ini, kata Vito, terjadi karena kulit merupakan barrier atau pagar penutup supaya bakteri dan virus tidak mudah masuk ke pembuluh darah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat kerokan, kulit akan terkikis sedikit demi sedikit. Makanya, bakteri pun lebih mudah masuk dan bisa menyebabkan infeksi.
"Karena saat kulit ini tidak utuh lagi akibat dikerok, risiko infeksi besar, karena pagarnya, kan, rusak. Makanya, gunakan koin atau alat yang benar dan bersih," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Vito juga menganjurkan agar kerokan tidak dilakukan terlalu sering, apalagi jika satu minggu sekali. Sebab, saat terlalu sering dikerok, lapisan kulit akan semakin tipis dan mudah terluka.
Bukan hanya itu, kebiasaan melakukan kerokan juga jangan sampai mengabaikan metode pengobatan lain secara medis. Terutama, jika orang tersebut memiliki riwayat penyakit yang harus ditangani secara medis.
"Jangan dikit-dikit kerokan. Merasa sakit dikit, dikerok. Tidak, jangan begitu. Tetap harus melakukan prosedur medis, karena tidak ada yang tahu penyakit apa yang sebenarnya diderita tubuh," kata dia.
(tst/asr/bac)