Ratusan Turis Machu Picchu Terdampar, Tak Ada Makanan dan Obat

CNN Indonesia
Sabtu, 17 Des 2022 12:42 WIB
Untuk mencapai Machu Picchu, salah satu destinasi wisata paling terkenal di Peru, hanya bisa lewat akses kereta api. (AFP/ERNESTO BENAVIDES)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ratusan turis terlantar di Kota Machu Picchu usai Peru mendeklarasikan status darurat pada tengah pekan ini. Kedaruratan ini dipicu krisis politik dan kerusuhan berdarah yang hingga kini sudah menewaskan setidaknya 20 orang dan 340 lainnya luka-luka.

Wali Kota Machu Picchu Darwin Baca menyebut setidaknya 300 turis asing terdampar di sana, termasuk WNA dari Amerika Selatan, Amerika, dan Eropa.

Akses layanan kereta api pun dihentikan sejak Selasa lalu, padahal satu-satunya cara untuk masuk dan keluar dari kota melalui perjalanan kereta api. 

"Kami telah meminta pemerintah untuk membantu kami dan membangun penerbangan helikopter untuk mengevakuasi para wisatawan," kata Baca dilansir dari CNN, Sabtu (17/12).

Sementara LATAM Airlines Peru mengatakan operasi ke dan dari Bandara Internasional Alfredo Rodríguez Ballón di Arequipa dan Bandara Internasional Alejandro Velasco Astete di Cusco juga telah dihentikan sementara.

"Kami menunggu tanggapan dari otoritas terkait, yang harus mengambil tindakan korektif untuk memastikan keselamatan bagi pengembangan operasi udara," demikian pernyataan maskapai tersebut.

Kekurangan Makanan di Machu Picchu

Wali Kota Machu Picchu Darwin Baca juga menginformasikan Machu Picchu menderita kekurangan stok makanan. Akibat aksi protes berdarah itu, ekonomi lokal juga terganggu karena mereka bergantung 100 persen pada pariwisata.

Baca lantas mengimbau pemerintah yang dipimpin oleh Presiden baru Dina Boluarte untuk secepatnya berdialog dengan penduduk setempat guna mengakhiri keresahan sosial sesegera mungkin

Travel Warning dari AS, Inggris, hingga Kanada

Departemen Luar Negeri AS saat ini telah mengeluarkan peringatan perjalanan tingkat tiga (pertimbangkan kembali) bagi warga mereka yang berniat bepergian di Peru. 

"Demonstrasi dapat menyebabkan penutupan jalan lokal, kereta api, dan jalan raya utama, seringkali tanpa pemberitahuan sebelumnya atau perkiraan jadwal pembukaan kembali," demikian peringatan dari AS ke warganya.

"Penutupan jalan dapat secara signifikan mengurangi akses ke transportasi umum dan bandara serta dapat mengganggu perjalanan baik di dalam maupun antar kota," imbuh mereka.

Senada, Kantor Luar Negeri Persemakmuran dan Pembangunan Inggris (FCDO) juga telah memperingatkan warganya di sana tentang situasi tersebut, dan meminta warga untuk menghindari aksi protes tersebut.

"Jika memungkinkan, Anda harus tetap berada di tempat yang aman," kata FCDO melalui keterangan di situs resminya, Jumat (16/12).

Terpisah, Departemen Urusan Global Kanada juga ikut memperingatkan warganya untuk 'berhati-hati tingkat tinggi' di Peru, dan mewanti-wanti untuk menghindari perjalanan yang tidak penting di banyak wilayah.

Canada's Global News berhasil mewawancarai warga Kanada yang terjebak di kota kecil di Peru selatan. Narasumber tersebut mengatakan kondisinya saat ini memang jauh dari kerusuhan sipil, namun ia melaporkan bahwa dirinya sempat mengalami perampokan dalam taksi.

Turis Kehabisan Obat

Seorang turis Amerika yang terjebak di Machu Picchu mengaku kehabisan obat dan tidak yakin kapan dirinya bisa meninggalkan kota kecil itu untuk bisa mengakses fasilitas kesehatan.

Warga Florida, Kathryn Martucci (71 tahun) sedang dalam rombongan perjalanan dengan 13 warga Amerika lainnya ketika Peru memasuki keadaan darurat.

Menurut Martucci, rombongannya gagal naik kereta terakhir dari kota kecil itu sebelum jalur kereta api tersebut ditangguhkan.

Putranya, Michael Martucci, yang tinggal di Amerika Serikat, juga berbicara dengan CNN dan berusaha mencarikan jalan keluar untuk ibunya.

"Mereka sudah ada di sana sejak Senin, dan sekarang dia dan orang lain yang bersamanya kehabisan obat yang mereka butuhkan," kata putra Kathryn, Michael Martucci kepada CNN.

Kathryn mengatakan rombongannya dijadwalkan tinggal di Machu Picchu selama dua hari, sehingga mereka disuruh berkemas ringan dan hanya membawa persediaan obat untuk dua hari.

Pada Jumat pagi, ia mengatakan pemandu wisata mereka membawa rombongannya ke balai kota untuk dievaluasi secara medis dengan harapan pejabat setempat akan memahami situasi mereka dan membantu mereka. 

"Ada sekitar 100 turis yang antre, dan kami menunggu selama dua jam sebelum menemui dokter," kata Kathryn Martucci. "Mereka memberitahu saya bahwa saya adalah prioritas, dan bahwa mereka akan mencoba membawa saya keluar dari Machu Picchu dengan helikopter dalam dua hari ke depan," kata dia.

Namun demikian, ia tidak yakin apakah rencana pertolongan untuk keluar dari Machu Picchu itu akan terjadi, sebab yang ia tahu satu helikopter hanya mampu mengangkut 10 orang saja.

"Kami tidak tahu apa yang akan terjadi," ujarnya.

(kha/vws)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK