Jakarta, CNN Indonesia --
Masalah kesehatan seolah tak henti-hentinya menyerang Indonesia dan dunia. Sepanjang tahun 2022, ada banyak catatan masalah kesehatan yang menjadi sorotan.
Jelang tiga tahun usianya di Indonesia, virus corona penyebab Covid-19 masih terus menghantui.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebenarnya telah menyebut bahwa akhir pandemi di depan mata. Tapi, hingga saat ini belum ada juga secercah harapan yang muncul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lagi masalah kesehatan lainnya yang turut mewarnai tahun 2022. Tak kalah menghebohkan, gagal ginjal akut berhasil bikin banyak orang tua khawatir. Gara-garanya, obat batuk sirop yang dikonsumsi anak.
CNNIndonesia.com mencoba merangkum berbagai masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia selama 2022 ini. Berikut di antaranya.
1. Varian Omicron merajalela
Di sepanjang tahun 2022, varian Omicron merajalela. Varian ini mendominasi seluruh kasus penularan SARS-CoV-2.
Pada dasarnya, gejala Covid-19 yang disebabkan varian Omicron terbilang ringan. Namun, karena gejalanya yang ringan itulah, Omicron disebut-sebut lebih mudah menular dibandingkan varian lainnya.
Penurunan angka kasus dan tingkat kematian pada September lalu juga sempat membuat WHO menyatakan bahwa akhir pandemi Covid-19 sudah di depan mata. Pada medio September lalu, angka kematian akibat Covid-19 mingguan menjadi yang terendah sejak Maret 2020.
Tapi, nyatanya tidak juga. Jelang akhir 2022, justru sejumlah negara mengalami peningkatan kasus Covid-19. Gara-garanya adalah kemunculan berbagai subvarian anyar Omicron.
Omicron memang gemar bermutasi. Di tahun ini, entah sudah berapa kali varian ini bermutasi. Yang paling teranyar dalam beberapa bulan ke belakang di antaranya XBB, BN.1, BQ,1, BA.4, BA.5, BF.7, dan masih banyak lagi.
2. Gagal ginjal akut
 Ilustrasi. Gagal ginjal akut sempat menghantui anak-anak Indonesia. (iStockphoto) |
Sejak pertengahan Oktober lalu, masyarakat Indonesia dibikin khawatir gara-gara kemunculan penyakit ginjal misterius yang ditemukan pada sejumlah anak. Belakangan, penyakit ini disebut dengan istilah gagal ginjal akut.
Mulanya adalah Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang mengumumkan temuan sekitar 100 kasus penyakit ginjal misterius sepanjang 2022. Dari sana, isu mengenai gagal ginjal akut pun meluas. Angka pasien juga terus bertambah.
Hingga November, lebih dari 300 anak terkena gagal ginjal akut, dengan hampir 200 pasien di antaranya meninggal dunia.
Kondisi ini jelas menimbulkan banyak kekhawatiran pada banyak orang tua. Betapa tidak, angka kematian akibat gagal ginjal akut terbilang tinggi hingga menyentuh 50 persen.
Penyakit ini sempat dikira berhubungan dengan Covid-19. Namun, tak semua pasien dinyatakan positif atau pernah terinfeksi SARS-CoV-2 sebelumnya.
Hasil penyelidikan lebih lanjut menemukan obat paracetamol sirop anak sebagai biang kerok utamanya.
3. Geger obat sirop beracun
Buntut maraknya kasus gagal ginjal akut pada anak, masyarakat kemudian dihebohkan oleh obat sirop yang mengandung senyawa berbahaya.
Obat ini disebut-sebut sebagai penyebab utama gagal ginjal akut yang menyerang ratusan anak.
Dalam penyelidikannya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan sejumlah obat sirop--umumnya merupakan obat batuk dan pereda demam anak--yang mengandung etilen glikol (EG) dan diatilen glikol (DEG). Kedua senyawa ini ditemukan dalam bentuk cemaran, namun dengan jumlah melebihi batas aman.
BPOM bahkan menemukan, cemaran EG dan DEG dalam obat mencapai 100 kali lipat dari batas aman yang ditentukan. Dua perusahaan farmasi disalahkan dalam kasus ini.
Pada dasarnya, EG dan DEG dilarang digunakan sebagai bahan pembuatan obat. Namun, keduanya masih bisa ditolerir jika ditemukan dalam bentuk cemaran dari propilen glikol dengan jumlah yang dibatasi sebesar 0,1 miligram. Lebih dari itu, obat yang bersangkutan bisa memicu keracunan.
Simak masalah kesehatan di Indonesia sepanjang 2022 lainnya di halaman berikutnya..
4. Tiba-tiba muncul kasus polio
Gonjang-ganjing obat sirop beracun belum sepenuhnya usai, Indonesia kembali dikagetkan dengan ditemukannya kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh pada November lalu.
Kasus ini sontak menjadi perhatian. Betapa tidak, Indonesia sendiri telah dinyatakan sebagai negara bebas polio sejak beberapa tahun lalu.
Polio sendiri merupakan penyakit saraf yang disebabkan oleh infeksi virus bernama sama. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa menimbulkan kelumpuhan permanen pada pasien.
Imunisasi jadi satu-satunya cara untuk mencegah penularan virus polio. Indonesia sendiri telah memasukkan vaksin polio sebagai salah satu imunisasi wajib.
Beberapa ahli menilai, ditemukannya kasus polio di Aceh menjadi salah satu bukti belum terpenuhinya cakupan imunisasi di Indonesia.
Buntutnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mengingatkan masyarakat akan program imunisasi wajib.
Tak cuma itu, Kemenkes juga mengumumkan bahwa vaksin polio akan diberikan sebanyak dua kali mulai 2023, yakni pada usia 4 bulan dan 9 bulan. Sebelumnya, suntikan inactivated polio vaccine (IPV) diberikan pada bayi hanya di usia 4 bulan.
5. Anak-anak kena hepatitis akut
 Ilustrasi. Tak cuma gagal ginjal, hepatitis juga menyerang anak secara akut. (iStockphoto/Simonkr) |
Pada Mei lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan lebih dari 650 kasus hepatitis akut pada anak di dunia. Sebanyak 9 anak di antaranya dilaporkan meninggal dunia, 38 lainnya membutuhkan transplantasi hati.
Penyakit yang sama juga ditemukan di Indonesia. Pada bulan yang sama, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono mengungkapkan penemuan 14 kasus yang diduga hepatitis akut.
Seiring waktu berjalan, angka kasus hepatitis akut di Indonesia terus bertambah hingga hampir mencapai ratusan anak. Penyakit ini tersebar di 22 provinsi Indonesia, dengan DKI Jakarta sebagai kasus terbanyak.
Namun, tak diketahui dengan pasti apa yang menyebabkan anak-anak terserang hepatitis akut. Penyakit ini bahkan menimbulkan gejala yang cukup parah hingga kematian.
Beberapa orang menduga ada hubungan antara hepatitis akut dan Covid-19. Hepatitis akut dianggap sebagai salah satu bentuk long Covid pada anak.
SARS-CoV-2 merupakan virus yang tak cuma menyerang saluran pernapasan, tapi juga organ tubuh lainnya. Saat penyakit berlangsung lama, bukan tak mungkin Covid-19 bisa menyebabkan hal lain, termasuk di antaranya gangguan hati.
6. Heboh kasus HIV
Masyarakat Indonesia juga sempat diramaikan oleh kasus HIV/AIDS. Keramaian ini bermula dari pernyataan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung yang menyatakan bahwa kasus HIV/AIDS di Kota Kembang didominasi usia produktif, utamanya mahasiswa.
Disebutkan bahwa kasus positif HIV/AIDS kategori mahasiswa mencapai 414 kasus.
Dari sana, isu mengenai HIV/AIDS terus meluas. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahkan menyebutkan sebanyak 274 anak usia kurang dari 4 tahun mengidap HIV. Tak cuma itu, sejumlah anak di beberapa wilayah juga dilaporkan meninggal dunia karena HIV.
HIV/AIDS seyogianya terus menjadi perhatian masyarakat. Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa memberikan kesembuhan sepenuhnya pada ODHIV (orang dengan HIV).
7. Cacar monyet
 Ilustrasi. Indonesia juga sempat menemukan kasus cacar monyet. (iStockphoto/anilakkus) |
Cacar monyet tiba-tiba saja bikin gempar dunia. Padahal, sebelumnya penyakit langka ini telah lama menghilang.
Dimulai dari Inggris yang melaporkan satu kasus cacar monyet untuk pertama kalinya lagi pada Mei lalu. Kasus ini terjadi pada seorang pria yang baru saja bepergian dari Nigeria.
Dari sana, penyakit yang disebabkan virus Monkeypox itu terus menyebar ke berbagai penjuru dunia. Cacar monyet bahkan ditemukan di banyak negara non-endemik, termasuk di antaranya Indonesia.
Kasus perdana cacar monyet di Indonesia diumumkan pada Agustus lalu. Kasus ini terjadi pada pasien laki-laki yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri.
Beberapa pasien suspek cacar monyet ditemukan di Indonesia. Namun, hasil pemeriksaan menyatakan semuanya negatif terinfeksi virus Monkeypox.
Teranyar, WHO mengubah nama cacar monyet menjadi mpox. Penggantian nama dilakukan untuk menghindari stigma negatif dari nama sebelumnya.