Gonjang-ganjing obat sirop beracun belum sepenuhnya usai, Indonesia kembali dikagetkan dengan ditemukannya kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh pada November lalu.
Kasus ini sontak menjadi perhatian. Betapa tidak, Indonesia sendiri telah dinyatakan sebagai negara bebas polio sejak beberapa tahun lalu.
Polio sendiri merupakan penyakit saraf yang disebabkan oleh infeksi virus bernama sama. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa menimbulkan kelumpuhan permanen pada pasien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imunisasi jadi satu-satunya cara untuk mencegah penularan virus polio. Indonesia sendiri telah memasukkan vaksin polio sebagai salah satu imunisasi wajib.
Beberapa ahli menilai, ditemukannya kasus polio di Aceh menjadi salah satu bukti belum terpenuhinya cakupan imunisasi di Indonesia.
Buntutnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mengingatkan masyarakat akan program imunisasi wajib.
Tak cuma itu, Kemenkes juga mengumumkan bahwa vaksin polio akan diberikan sebanyak dua kali mulai 2023, yakni pada usia 4 bulan dan 9 bulan. Sebelumnya, suntikan inactivated polio vaccine (IPV) diberikan pada bayi hanya di usia 4 bulan.
![]() |
Pada Mei lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan lebih dari 650 kasus hepatitis akut pada anak di dunia. Sebanyak 9 anak di antaranya dilaporkan meninggal dunia, 38 lainnya membutuhkan transplantasi hati.
Penyakit yang sama juga ditemukan di Indonesia. Pada bulan yang sama, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono mengungkapkan penemuan 14 kasus yang diduga hepatitis akut.
Seiring waktu berjalan, angka kasus hepatitis akut di Indonesia terus bertambah hingga hampir mencapai ratusan anak. Penyakit ini tersebar di 22 provinsi Indonesia, dengan DKI Jakarta sebagai kasus terbanyak.
Namun, tak diketahui dengan pasti apa yang menyebabkan anak-anak terserang hepatitis akut. Penyakit ini bahkan menimbulkan gejala yang cukup parah hingga kematian.
Beberapa orang menduga ada hubungan antara hepatitis akut dan Covid-19. Hepatitis akut dianggap sebagai salah satu bentuk long Covid pada anak.
SARS-CoV-2 merupakan virus yang tak cuma menyerang saluran pernapasan, tapi juga organ tubuh lainnya. Saat penyakit berlangsung lama, bukan tak mungkin Covid-19 bisa menyebabkan hal lain, termasuk di antaranya gangguan hati.
Masyarakat Indonesia juga sempat diramaikan oleh kasus HIV/AIDS. Keramaian ini bermula dari pernyataan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung yang menyatakan bahwa kasus HIV/AIDS di Kota Kembang didominasi usia produktif, utamanya mahasiswa.
Disebutkan bahwa kasus positif HIV/AIDS kategori mahasiswa mencapai 414 kasus.
Dari sana, isu mengenai HIV/AIDS terus meluas. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahkan menyebutkan sebanyak 274 anak usia kurang dari 4 tahun mengidap HIV. Tak cuma itu, sejumlah anak di beberapa wilayah juga dilaporkan meninggal dunia karena HIV.
HIV/AIDS seyogianya terus menjadi perhatian masyarakat. Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa memberikan kesembuhan sepenuhnya pada ODHIV (orang dengan HIV).
![]() |
Cacar monyet tiba-tiba saja bikin gempar dunia. Padahal, sebelumnya penyakit langka ini telah lama menghilang.
Dimulai dari Inggris yang melaporkan satu kasus cacar monyet untuk pertama kalinya lagi pada Mei lalu. Kasus ini terjadi pada seorang pria yang baru saja bepergian dari Nigeria.
Dari sana, penyakit yang disebabkan virus Monkeypox itu terus menyebar ke berbagai penjuru dunia. Cacar monyet bahkan ditemukan di banyak negara non-endemik, termasuk di antaranya Indonesia.
Kasus perdana cacar monyet di Indonesia diumumkan pada Agustus lalu. Kasus ini terjadi pada pasien laki-laki yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri.
Beberapa pasien suspek cacar monyet ditemukan di Indonesia. Namun, hasil pemeriksaan menyatakan semuanya negatif terinfeksi virus Monkeypox.
Teranyar, WHO mengubah nama cacar monyet menjadi mpox. Penggantian nama dilakukan untuk menghindari stigma negatif dari nama sebelumnya.
(asr)