Bagaimana nasib wisata horor di masa mendatang? Apakah wisata macam ini akan bisa meraup pengunjung yang ingin menjajal sensasi? Mungkin dua pertanyaan ini relevan dengan mulai maraknya tren wisata horor di sejumlah tempat.
Nico Putra Budiman, pendiri Kaia Project, mungkin punya jawabannya. Dia sendiri tidak menyangka antusiasme akan wahana 'Dendam Hotel Palmerah' yang cukup tinggi. Padahal ini kali pertama timnya mengerjakan wahana horor.
"Jujur sebelum bikin, ya sudah bikin aja. (Ternyata) 2-3 hari pertama itu total sekitar tiga ribuan. Menurut kami itu besar sekali. Antrean mengular sampai ujung, ada yang antre sampai tiga jam. Kami senang, bangga, bersyukur," ujar Nico saat ditemui di wahana 'Dendam Hotel Palmerah, Twin Plaza Hotel, Jakarta Barat beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Rumah Hantu Production yang konsisten di jalur horor juga meraup animo cukup baik. Project Manager Rumah Hantu Production Nizhan Prayoga menuturkan tiap kali rumah produksinya menghadirkan wahana horor, pengunjung terbilang banyak dan datang dari berbagai kalangan usia.
Keduanya pun sepakat bahwa tren wisata horor di Indonesia ke depan akan tetap eksis dan ramai peminat. Nico berkata, pencinta horor terbilang banyak terlebih meski takut, orang Indonesia tetap penasaran untuk menjawab tantangan.
Nizhan menambahkan wisata seperti ini akan tetap memiliki penikmat terutama mereka yang memang suka horor. "Antusiasme tinggi apalagi saat film horor tayang dan kami membuat pertunjukan [wahana]," kata dia dalam wawancara terpisah.
Pengamat wisata Sapta Nirwandar berpendapat wisata horor memang terbilang wisata dengan keunikan tersendiri. Jenis wisata seperti ini memang ada yang suka meski hanya kalangan tertentu.
"Pernah dengar Nyi Roro Kidul? Wisata yang sedikit menyeramkan ada di situ [Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu]. Itu juga [wisata] horor berkaitan dengan kultur tapi ada metafisika, mistisnya," kata Sapta pada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
![]() |
Menurut Sapta, kegiatan wisata kini jadi salah satu kebutuhan dasar. Kemudian meski Anda tidak mengunjungi destinasi wisata tertentu tapi pergi ke suatu daerah dalam rangka kunjungan keluarga, hal itu juga disebut wisata.
"Sekarang tidak hanya sekadar hiburan, kegembiraan tapi harus dibumbui [hal lain] di mana aktivitas yang dilakukan sesuai dengan gaya hidup. Kalau Anda suka marine, ya mestinya ke laut. Kalau Anda suka kuliner, ya ke tempat kuliner," katanya.
Kalau suka horor? Tentu saja wisata bakal berhubungan dengan dunia horor semisal mengunjungi wahana horor atau destinasi wisata dengan mitos atau legenda tertentu.
Ada beragam jenis wisata seperti wisata alam, budaya dan man made atau objek wisata buatan manusia. Wahana horor termasuk dalam wisata man made. Hanya saja, objek wisata buatan kerap dipandang miring dibanding wisata alam atau budaya.
"Man made enggak selalu jelek, kadang story telling [yang menguatkan dan membuat objek wisata menarik perhatian pengunjung]. Misal, balkon Romeo-Juliet. Itu kan metamorfosa, disebut tempat Romeo dan Juliet memadu kasih. Saat balkon dibuat, foto-fotolah orang di situ," kata Wamenparekraf periode 2011-2014 ini.