Pecah Pembuluh Darah Otak, Kenali Gejala Awal yang Sering Disepelekan

CNN Indonesia
Jumat, 13 Jan 2023 18:30 WIB
Pecah pembuluh darah, terutama di kepala termasuk masalah yang cukup serius. Berikut beberapa gejala awal yang kerap dianggap sepele.
Pecah pembuluh darah, terutama di kepala termasuk masalah yang cukup serius. Berikut beberapa gejala awal yang kerap dianggap sepele. ( Istockphoto/Cecilie_Arcurs)

Apa yang harus dilakukan?

Hal yang harus dilakukan adalah mencegah semua penyakit itu muncul. Salah satunya dengan mencegah tekanan darah menjadi tinggi.

Ingat, tekanan darah tinggi bisa terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat. Mulai dari tingginya kadar kolesterol, obesitas, diabetes, stres, hingga merokok.

"Yang harus dilakukan untuk mencegahnya adalah perubahan gaya hidup sejak muda," kata dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, hipertensi jika tidak dikontrol memang bisa menyebabkan komplikasi. Salah satu yang paling berbahaya adalah pecah pembuluh darah di kepala. Pencegahan terjadinya komplikasi bisa dilakukan dengan cara mengontrol tekanan darah dalam batas normal.

"Sudah terbukti kalau tekanan darah bisa mencapai target normal maka akan menurunkan risiko komplikasi," ungkapnya.

Bagaimana dengan pengobatan?

Pasien yang mengalami pecah pembuluh darah di otak masih bisa diobati. Tentunya bukan hanya dengan operasi.

Setiap pasien akan mendapatkan penanganan yang berbeda. Tergantung volume darah yang keluar saat pembuluh darah pecah. Tentunya, diperlukan pemeriksaan lanjutan berupa CT-Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mengetahui jumlah pasti volume darah yang keluar.

"Otak dilindungi oleh tulang tengkorak jadi jika ada massa dalam otak karena gumpalan darah maka tekanan dalam rongga kepala meningkat dan berpengaruh pada proses desak ruang. Jika tekanan besar maka harus dilakukan operasi," kata dia.

Sementara itu jika volume darah yang keluar akibat pecah pembuluh darah di kepala sedikit maka akan dilakukan observasi terlebih dahulu.

"Pemantauan harus dilakukan misal di awal volume darah yang keluar sedikit lalu meningkat bisa jadi lebih banyak. Tadinya di awal tidak ada indikasi tindakan bedah akhirnya bisa ada indikasi untuk dilakukan pembedahan," jelasnya.

"Jika jumlah volume darah yang keluar tetap sedikit sebenarnya dapat terjadi penyerapan kembali oleh sistem otak, sehingga tidak memerlukan tindakan operasi," pungkasnya.

(tst/chs)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER