Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Michael Bloomber, bos Bloomberg sempat kaget dengan kondisi anak muda yang disebutnya tidak suka bekerja di kantor. Dia, mengutip pengusaha itu, bahkan secara spesifik menyebut, anak muda lebih senang bekerja di rumah orang tua, rumahnya sendiri, atau ke kafe alih-alih ke kantor.
Menilik kebiasaan yang memang banyak berubah setelah pandemi Covid-19 melanda pola kerja sebagian besar karyawan memang berubah. Ada yang masih bekerja dari rumah atau work from home (WFH), bekerja sepenuhnya di kantor atau work from office (WFO) atau bekerja di kantor tapi kadang juga di rumah.
Bahkan beberapa waktu lalu juga muncul petisi agar perkantoran di wilayah Jakarta mengembalikan sistem WFH. Alasannya, saat karyawan wajib kembali ke kantor justru menyebabkan kemacetan hingga kurang produktif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari semua itu, kenapa anak muda saat ini lebih senang kerja di rumah atau di luar alih-alih ke kantor?
Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI), Mira Amir menyebut bukan kantor atau tempatnya yang sebenarnya jadi topik utama. Terlepas dari kantor, toh anak muda kenyataannya bisa bekerja dimana saja. Mulai dari kafe, mal, rumah, atau taman.
Justru yang jadi topik adalah kenyamanan. Sebab anak muda akan bekerja dimana saja selama mereka nyaman, hingga bisa membangkitkan kreativitas.
"Saya rasa ini lebih kepada comfort zone. Zona nyamannya, bukan soal kantornya," kata Mira saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (10/1).
Sebenarnya hal ini bahkan telah terjadi jauh sebelum Covid-19 melanda. Beberapa perusahaan besar seperti Google, Twitter dan kantor lainnya membuat ruang kerja senyaman mungkin. Tanpa sekat antara bawahan dan atasan.
Tujuannya tak lain dan tak bukan untuk membentuk rasa nyaman pada diri setiap karyawan. Membuat kantor tidak seperti kantor hingga bisa membuat kreativitas karyawannya meningkat.
"Saat suasana terbangun, komunikasi bisa jadi luwes, nyaman, jauh dari kaku. Ketika nyaman, apa yang terbentuk? kreativitas. Jadi bentuk ruangan kantor tanpa sekat dan homie jadi mirip kafe banyak dipilih," kata dia.
Saat pandemi muncul, suasana nyaman itu pun pindah ke rumah. Hingga akhirnya banyak anak muda yang saat ini memilih bekerja di rumah alih-alih di kantor.
Para anak muda ini bukan cuma mencari uang dari hasil bekerja, tapi juga mencari rasa nyaman. Mereka merasa saat bekerja di tempat yang diinginkan bisa menjadi aman, nyaman, dan lebih produktif.
"Ketika mereka tidak dapat apa yang diinginkan, mereka bargaining. Melawan, lalu keluar. Sebab begini di kaum milenial yang mendekat ke Gen Z loyalitas bukan lagi pada kerjaan, tapi pada diri sendiri," kata dia.
Terlepas dari itu semua, menurut Mira tak ada yang benar-benar baik atau buruk. Bekerja di rumah atau di kantor sama-sama memiliki keterbatasan dan kelebihan masing-masing.
Lagi pula menurut dia, tidak semua kantor bisa menerapkan kebijakan bekerja dari rumah. Sehingga jika seorang karyawan tetap memaksa hal tersebut juga tidak akan berakhir baik.
"Tidak perlu dipaksakan," katanya.
Catatan Redaksi: Redaksi menyunting kembali judul dan isi dalam badan berita karena kekeliruan informasi pada Sabtu (14/1). Judul terbaru adalah 'Sri Mulyani Sebut Bos Bloomberg Kaget Anak Muda Ogah WFO, Salahnya?'
(tst/chs)