Hikayat Ratusan Desa Wisata Bali: Ada yang Maju, Banyak yang Stagnan

tim | CNN Indonesia
Kamis, 26 Jan 2023 17:00 WIB
Bali punya 283 desa wisata, tapi sejauh ini baru 30 desa yang masuk kategori maju dan mandiri. Sebelum pandemi Covid, jumlah desa wisata hanya 179 desa. Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali. (Antara Foto/Nyoman Hendra Wibowo)
Denpasar, CNN Indonesia --

Dinas Pariwisata Provinsi Bali mencatat sudah ada sebanyak 238 desa wisata di wilayah di Pulau Dewata. Namun, dari jumlah itu, masih banyak yang tidak termasuk dalam desa wisata kategori maju dan mandiri.

Jumlah desa wisata di Bali naik ketika pandemi Covid-19 turut melanda Indonesia. Sebelumnya, desa wisata sebelum Pandemi Covid-19 berjumlah 179 desa, yang tersebar di 9 kabupaten dan kota di Pulau Bali.

"Yang sudah ditetapkan ada 238 desa wisata. Dengan Pandemi Covid-19 kemarin ini, banyak bermunculan desa wisata sampai sekarang 238 desa wisata," kata Ida Bagus Adi Laksana selaku Kepala Bidang Destinasi Pariwisata dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali, saat dihubungi, Kamis (26/1).

Menjamurnya desa wisata, karena pada saat pandemi Covid-19 banyak warga yang menjadi pelaku pariwisata kembali ke desa untuk mengembangkan desanya dan menjadi obyek wisata yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

"Dan itu salah satunya dilakukan pelaku-pelaku pariwisata yang dulunya kerjanya di pariwisata ingin membangun desanya kembali," imbuhnya.

Namun, dari 283 desa wisata hingga saat ini hanya tercatat ada30 desa wisata kategori maju dan mandiri. Rinciannya, ada 101 desa wisata kategori rintisan, 107 kategori berkembang, 27 kategori maju, dan 3 desa wisata kategori mandiri.

Sejumlah warga saling menyiramkan air saat mengikuti tradisi perang air yang merupakan rangkaian Festival Air Suwat di Desa Suwat, Gianyar, Bali, Minggu (1/1/2023). Tradisi perang air tersebut dilakukan warga setahun sekali untuk membersihkan diri secara lahir dan batin, memperkuat rasa persaudaraan warga serta untuk mengenalkan potensi seni, budaya dan pariwisata setempat kepada wisatawan. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/rwa.Tradisi perang air di Desa Suwat, Gianyar, Bali. (Antara Foto/Fikri Yusuf/rwa.)

Adi Laksana menyebutkan, untuk membangun desa wisata menjadi kategori maju atau mandiri, tentu tergantung komitmen semua pihak, termasuk Pemerintah Daerah (Pemda), masyarakat desa baik Desa Dinas dan Desa Adat dan bukan hanya pihak pengelola desa wisata.

"Tidak serta merta pengelola saja yang bergerak. Karena kalau bicara desa tidak lepas dengan adanya dorongan Desa Dinas. Terutamanya kepala desanya yang harus memberikan motivasi ke masyarakat yang mau membangun desa wisata dengan tata kelolanya," jelasnya.

Dia juga menyatakan, masih banyak desa wisata yang tidak berjalan, karena kurangnya inovasi dan belum ada keunikan yang bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan dan lain sebagainya. Kendati, saat ini desa wisata yang stagnan itu belum ada yang tutup.

Ida Bagus Adi mencontohkan, ada desa wisata yang berjalan dengan memanfaatkan sungai yang sebagai daya tarik dengan memfasilitasi tempat yoga dan wisatawan melihat itu secara spiritual.

Tapi ada juga desa wisata yang belum bergerak dan berjalan, karena kurangnya inovasi dan lain sebagainya. "Seperti sekarang banyak sungai dipakai daya tarik dan dibuatkan semacam senam yoga dan itu semacam keunikan di desa itu," ucapnya.

Dan wisatawan kan melihat spritual dan dari sanalah mulainya bergerak. Dan permasalahan sekarang ini yang menggerakkan ini. Karena, secara legal formalnya berdasarkan penetapan itu kan sudah leluasa ini pengelola desa wisata.

"Kadang orang berpikiran dari ditetapkan desa wisata ujug-ujugnya mungkin hanya melihat bantuan, kan itu yang kita hindari," ungkapnya.

Banyak Desa Wisata di Bali Perlu Evaluasi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2
Lihat Semua
SAAT INI
BERITA UTAMA
REKOMENDASI
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
LIHAT SELENGKAPNYA

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TERPOPULER