Stroke sering disebabkan oleh masalah yang ada dalam sistem peredaran darah yang menumpuk dari waktu ke waktu. Kondisi ini sering disebabkan oleh komplikasi yang berkaitan dengan kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, merokok, dan diabetes.
Stroke juga dapat disebabkan oleh pendarahan, yang dikenal sebagai stroke hemoragik, atau aliran darah yang tersumbat disebut stroke iskemik. Gumpalan darah biasanya menyebabkan stroke aliran darah tersumbat. Kondisi ini adalah kondisi yang paling umum terjadi, menyebabkan hampir 90 persen dari semua kasus stroke.
Jika Anda pernah mengalami stroke, Anda berisiko lebih tinggi mengalami stroke kedua atau serangan jantung. Untuk mencegah ini, dokter akan merekomendasikan perubahan gaya hidup, seperti pola makan sehat dan lebih aktif secara fisik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stroke dapat berdampak pada berbagai kelompok otot yang berbeda, tergantung pada area otak mana yang mengalami kerusakan.
Stroke biasanya memengaruhi satu sisi otak. Sisi kiri otak mengontrol sisi kanan tubuh dan sisi kanan otak mengontrol sisi kiri tubuh. Jika ada banyak kerusakan pada otak kiri, penderita mungkin mengalami kelumpuhan di sisi kanan tubuh.
Ketika pesan tidak dapat berjalan dengan baik dari otak ke otot tubuh, hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan dan kelemahan otot.
Otot yang lemah mengalami kesulitan menopang tubuh, yang cenderung menambah masalah gerakan dan keseimbangan.
Merasa lebih lelah dari biasanya adalah gejala umum setelah stroke. Kondisi ini biasa disebut kelelahan pasca stroke. Penderitanya mungkin perlu lebih banyak istirahat di tengah aktivitas dan rehabilitasi.
Stroke juga mungkin memengaruhi bagian otak yang mengontrol usus. Hal ini dapat menyebabkan inkontinensia, yang berarti hilangnya kendali atas fungsi usus. Kondisi ini lebih umum pada tahap pemulihan awal dan sering membaik seiring waktu.
Kerusakan akibat stroke dapat menyebabkan gangguan komunikasi antara otak dan otot yang mengontrol kandung kemih.
Saat ini terjadi, penderita mungkin perlu ke kamar mandi lebih sering, atau mungkin mengompol saat tidur, atau saat batuk atau tertawa. Seperti inkontinensia usus, ini biasanya merupakan gejala awal yang membaik seiring berjalannya waktu.
Mengalami stroke tidak secara langsung mengubah cara kerja sistem reproduksi. Namun, stroke dapat mengubah cara seseorang mengalami seks dan perasaan tentang tubuh.
Depresi, penurunan kemampuan berkomunikasi, dan obat-obatan tertentu juga dapat menurunkan keinginan untuk melakukan aktivitas seksual.
Salah satu masalah fisik yang dapat memengaruhi kehidupan seks adalah kelumpuhan. Masih mungkin untuk melakukan aktivitas seksual, namun penderita dan pasangannya mungkin perlu melakukan penyesuaian.
(del/chs)