Pola Makan Anak yang Tepat untuk Cegah Diabetes dari Ahli Gizi
Menerapkan pola makan yang sehat sejak dini disebut dapat mencegah diabetes pada anak. Utamanya, untuk anak dengan jenis diabetes tipe 2.
Data teranyar dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat sebanyak 1.645 anak di Indonesia saat ini terkena diabetes. Data ini diambil dari laporan 15 kota yang tercatat.
Sebagian besar kasus diabetes pada anak umumnya adalah diabetes tipe 1 sebesar 90 persen. Diabetes ini umumnya disebabkan oleh kondisi autoimun yang merupakan bawaan lahir.
Sementara 10 persen lainnya merupakan diabetes tipe 2 yang umumnya disebabkan oleh faktor gaya hidup tidak sehat. Padahal, sebelumnya diabetes tipe 2 sangat identik dengan orang dewasa.
"Diabetes tipe 2 pada anak ini kaitannya sama lifestyle. Jadi pandemi pun turut menyumbang. Karena, kan, dengan pandemi itu banyak anak-anak yang berat badannya naik," kata dokter spesialis gizi Juwalita Hapsari saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (6/2).
Kata Juwalita, naiknya berat badan pada anak akan membuatnya berisiko terkena penyakit diabetes, kolesterol tinggi, hingga tekanan darah tinggi.
Pertanyaannya kemudian, pola makan seperti apa yang direkomendasikan pada anak untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut mulai dari usia bayi?
ASI eksklusif hingga usia 6 bulan
"Begitu bayi lahir sampai usia 6 bulan, rekomendasinya ya berikan ASI (air susu ibu) ekslusif," ujarnya.
Menukil laman Kementerian Kesehatan RI, ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain pada bayi usia 0-6 bulan. Pentingnya ASI bagi kesehatan bayi yang baru lahir adalah hal yang tidak bisa digantikan dengan air tajin maupun susu formula.
Bagi ibu yang tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif karena indikasi tertentu, Juwalita menyarankan untuk melakukan konsultasi kepada dokter spesialis anak terlebih dahulu.
"Kalau ibu tidak sanggup untuk memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan, lakukan konsultasi ke dokter spesialis anak apakah memang diperlukan susu formula tambahan. Supaya bisa dibantu mengenai keterampilan menyusuinya," jelas Juwalita.
MPASI berkualitas
Selesai pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6 bulan, Juwalita menyarankan orang tua untuk memberikan MPASI yang berkualitas. Seperti apa sesungguhnya MPASI yang berkualitas?
"MPASI yang berkualitas berarti dia memenuhi kebutuhan semua zat gizi. Jadi ada karbohidrat, protein, lemak baik, sayur dan buah," Juwalita menegaskan.
Tak hanya itu, ia juga menyarankan untuk orang tua sebisa mungkin tidak menggunakan gula dan garam di periode MPASI tersebut.
"Kemudian karena namanya adalah makanan pendamping ASI, berarti ASI sebaiknya masih bisa diteruskan sampai [bayi] berusia 2 tahun," paparnya.
Hati-hati saat anak berusia 1 tahun
Ketika si kecil sudah menginjak usia 1 tahun ke atas, menurut Juwalita, anak tersebut sudah bisa mendapatkan makanan keluarga. Makanan keluarga artinya apa yang dimakan oleh orang tua dan keluarganya.
Hal ini menjadi salah satu tantangan orang tua karena di periode tersebut anak sudah mulai bereksplorasi dengan makanan. Hal ini kerap membuat orang tua kesulitan membatasi asupan gula per harinya.
"Orang tua mesti membatasi asupan gula pada anak. Jangan sampai anak terpapar atau dibiasakan mengonsumsi makanan-makanan yang manis-manis semua sehingga akhirnya membuat dia kelebihan kalori. Jadi, gula tetap harus dibatasi," tegas Juwalita.
Menurut Juwalita, batas maksimal asupan gula untuk anak usia 2-18 tahun adalah 25 gram atau setara dengan 2 sdm.
Selain itu, ia juga menyarankan agar orang tua bisa memberikan contoh kebiasaan makan yang baik kepada anaknya.
"Pada prinsipnya anak itu akan mengikuti pola makan orang tua. Jadi kalau kita ingin anak doyan makan sayur dan buah, ya berarti orang tua pun juga harus memberikan contoh bahwa dia makan sayur dan buah dalam jumlah yang sesuai," katanya.
(del/asr)