Jakarta dan macet. Dua kata ini seolah berdampingan dan tidak bisa dipisahkan. Pagi, siang, malam, hampir seluruh jalanan Jakarta selalu macet.
Bukan cuma itu, macet Jakarta akhir-akhir ini juga semakin parah. Kendaraan roda dua dan roda empat kian bertumpuk di jalanan Jakarta. Dicabutnya aturan PPKM yang telah berjalan dua tahun akibat pandemi Covid-19 juga makin memperparah kemacetan di Jakarta.
Psikolog Mira D. Amir menyebut macet yang dialami orang-orang di Jakarta bisa menyebabkan kelelahan fisik. Padahal mereka harus berjibaku dengan kemacetan hampir setiap hari, terutama para pekerja yang tinggal di wilayah penyangga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasti mengalami kelelahan fisik. Naik angkutan umum, TransJakarta juga kena macet, naik kereta berdesak-desakan. Bawa kendaraan malah terjebak macet, pasti sangat lelah," kata Mira saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (16/2).
Mira menyebut kelelahan fisik gara-gara terjebak macet, terutama saat berangkat dan pulang kerja bisa menyebabkan stres. Emosi mereka juga bisa terganggu.
Efeknya, emosi para pekerja ini jadi tidak stabil. Bukan cuma itu, stres dan kelelahan fisik yang dialami pekerja ini bisa berimbas pada pekerja. Misalnya kurang produktif atau bekerja tidak sepenuh hati.
"Stres, pekerjaan jadi terganggu. Emosi jadi tidak stabil, misal mudah marah, mudah tersinggung. Dan jangan lupa, karena fisik lelah, jadi mudah ngantuk," katanya.
Oleh karena itu menurut Amir, kebijakan WFH dan WFO tetap harus diterapkan. Misalnya, menggunakan simulasi WFH tiga hari, dan WFO dua hari.
Hal ini kata dia, demi kestabilan emosi dan mental pekerja. Selain itu, kesehatan fisik juga penting karena berlama-lama terjebak macet dengan cuaca yang tidak menentu bisa membuat imunitas tubuh terganggu.
"Tidak usah full WFH, pakai selingan saja. Bisa WFH dan WFO. Untuk harinya tergantung kebijakan perusahaan masing-masing saja," kata dia.
(tst/chs)