Bayi Prematur Berisiko Stunting? Ini Penjelasan Dokter

CNN Indonesia
Kamis, 23 Feb 2023 16:00 WIB
Bayi prematur disebut berisiko tinggi terkena stunting. Rupanya hal ini tak sekadar mitos belaka. Simak penjelasannya dari dokter berikut ini.( iStock/damircudic)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bayi prematur disebut berisiko tinggi terkena stunting. Rupanya hal ini tak sekadar mitos belaka. Simak penjelasannya dari dokter.

Stunting masih jadi 'pekerjaan rumah' buat Indonesia. Anak dengan kondisi stunting berarti kekurangan gizi secara kronis atau dalam jangka waktu panjang.

Menkes Budi Gunadi Sadikin melaporkan pada Presiden Joko Widodo bahwa angka stunting menurun dari 24,4 persen menjadi 21,6 persen berdasar Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Angkanya menurun tapi terbilang kecil.

Kondisi kekurangan gizi tidak hanya terjadi pada bayi yang sudah lahir. Bayi yang masih dalam kandungan pun bisa kekurangan gizi dan baru terlihat dampaknya saat berusia 2 tahun.

Kemudian bagaimana nasib bayi prematur?

Selama ini bayi prematur memerlukan perlakuan berbeda dibanding bayi lahir non-prematur. Bayi prematur atau bayi lahir di bawah usia kandungan 37 minggu dianggap punya risiko lebih besar terkena penyakit termasuk stunting.

Rinawati Rohsiswatmo, dokter anak-konsultan neonatologi, mengatakan bayi prematur memang punya risiko lebih tinggi terkena stunting.

"Bayi prematur atau bayi kecil memiliki risiko lebih tinggi (yakni) sekitar 15,5 persen untuk terkena tengkes atau stunting," kata Rina dalam sebuah diskusi media pada Senin (23/2).

Indonesia tergolong negara dengan kelahiran prematur tinggi. Rina menuturkan Indonesia menduduki peringkat kelima di Asia.

Simak artikel selengkapnya di tautan berikut ini.

(els/chs)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK