Istilah 'princess syndrome' baru-baru ini mencuat di media sosial. Banyak warganet mengaitkan istilah tersebut dengan sosok remaja perempuan berinisial AGN (15) yang muncul dalam kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy.
Istilah ini mulai ramai setelah diunggah oleh salah seorang pengguna Twitter. Unggahan itu menyebutkan bahwa princess syndrome merupakan gambaran remaja perempuan yang memanipulasi pacarnya untuk memukuli mantan kekasihnya.
Meski tak secara eksplisit menyebutkan nama AGN, namun banyak warganet yang mengira unggahan tersebut dibuat khusus terkait kasus yang kini tengah menyeret nama anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, sebenarnya apa itu princess syndrome?
Melansir Psychology Today, princess syndrome atau juga yang dikenal dengan princess sickness atau Cinderella Complex merupakan kecenderungan perilaku ketika seorang remaja perempuan menjalani kehidupannya bagaikan dongeng.
Perempuan dengan sindrom ini hanya berfokus pada hal-hal yang indah, menempatkan dirinya di pusat alam semesta, dan terobsesi dengan penampilannya.
Meski tak menjadi istilah medis yang resmi, namun banyak remaja perempuan yang mengalami hal tersebut.
Princess syndrome mungkin tidak dianggap sebagai hal yang serius ketika dialami anak perempuan. Namun, kondisi ini bisa menjadi masalah ketika sang anak beranjak dewasa.
Pasalnya, kondisi ini akan berpengaruh pada harga dirinya, ketergantungannya pada orang lain, bagaimana dia menjaga dirinya sendiri, dan seberapa berdaya dirinya.
Sementara itu, istilah princess sickness juga dikenal sebagai istilah yang digunakan dalam bahasa sehari-hari di Asia Timur dan Tenggara. Istilah ini menggambarkan kondisi narsisme dan materialisme pada perempuan atau sindrom yang membuat seorang perempuan merasa seperti seorang putri secara berlebih.
Simak selengkapnya soal 'princess syndrome' di halaman berikutnya..