Data yang sama juga mencatat angka bunuh diri pada kelompok anak-remaja di Indonesia. Pada kelompok usia 5-14 tahun, angka bunuh diri tercatat sebesar 0,2 per 100 ribu penduduk. Sementara pada kelompok usia 15-49 tahun, tercatat sebesar 3,7 per 100 ribu penduduk.
Bunuh diri jelas menjadi masalah yang senyap. Ia eksis, namun sering kali tak menjadi perhatian utama.
Ada banyak faktor yang bisa memicu pikiran bunuh diri. Selain berbagai masalah kesehatan mental tertentu seperti gangguan bipolar dan skizofrenia, beberapa faktor lain juga turun berkontribusi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya adalah faktor perundungan. Mengutip Medicine Net, anak-anak yang mengalami perundungan ditemukan lebih cenderung memiliki pikiran bunuh diri. Aksi perundungan bisa terjadi secara langsung maupun virtual.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam JAMA Pediatrics bahkan menemukan bahwa anak-anak dan remaja yang mengalami perundungan di dunia maya hampir tiga kali lebih mungkin memiliki pikiran untuk bunuh diri dibandingkan teman lainnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sendiri telah mengingatkan akan pentingnya lingkungan keluarga dan sosial seseorang. Segera mengenali perubahan perilaku seseorang yang mengalami gejala awal depresi sangat diperlukan untuk mencegah upaya bunuh diri.
Biasanya, depresi pada fase awal ditandai dengan beberapa tanda. Misalnya saja perilaku menarik diri dari pergaulan sosial serta menjadi pendiam dan mudah tersinggung akibat emosi yang tidak stabil.
"Usahakan tidak bersikap menghakimi atau menyalahkan. Namun, langkah terbaik adalah bersikap empati dengan mendengar segala keluh kesahnya sambil terus berupaya menyarankan individu tersebut untuk datang berobat ke pelayanan kesehatan," tulis Kemenkes.