Penelitian menunjukkan bahwa kurang aktivitas olahraga meningkatkan risiko demensia.
Sementara itu, meskipun tidak ada pola makan khusus yang diketahui dapat mengurangi risiko demensia, penelitian menunjukkan insiden demensia lebih besar terjadi pada orang yang mengonsumsi makanan tidak sehat dibandingkan dengan mereka yang mengikuti diet Mediterania.
Konsumsi alkohol berlebihan telah lama diketahui dapat menyebabkan perubahan pada otak. Beberapa penelitian dan ulasan besar menemukan bahwa kecanduan alkohol dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia, terutama demensia dini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir Mayo Clinic, seseorang yang memiliki kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, aterosklerosis atau memiliki risiko demensia yang lebih tinggi.
Masalah-masalah di atas dapat memengaruhi pembulh darah. Sementara pembuluh darah yang rusak dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah dan stroke.
Studi pada hewan menunjukkan bahwa partikulat polusi udara dapat mempercepat degenerasi sistem saraf. Kemudian, penelitian pada manusia telah menemukan bahwa paparan polusi udara, terutama dari knalpot kendaraan dan pembakaran kayu, dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih besar.
Orang yang pernah mengalami trauma kepala parah memiliki risiko lebih besar terkena penyakit Alzheimer.
Beberapa penelitian besar menemukan bahwa pada orang berusia 50 tahun atau lebih yang mengalami cedera otak traumatis (TBI), risiko demensia dan penyakit Alzheimer juga secara otomatis akan meningkat.
Itulah sejumlah faktor risiko penyebab demensia, penyakit yang diidap Nani Wijaya.
(del/asr)