Beberapa tahun belakangan ini, anggapan bahwa kopi hanya diminum bapak-bapak semakin pudar, sejalan dengan popularitas kopi di kalangan anak muda.
Popularitas itu mendorong kehadiran warung kopi, menjamur di setiap kota. Ada yang berjualan dengan konsep warung, kafe, hingga konsep sangat sederhana, yakni berkeliling naik sepeda dengan bekal air termos panas dan kopi kemasan.
Berdagang kopi memang terlihat seperti bisnis yang menggiurkan. Namun sebelum mendirikan warung kopi, tentu harus ada perkiraan biaya sebagai modal, antara lain seperti berikut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah hal yang sebaiknya masuk dalam daftar modal awal, yakni sewa rumah selama beberapa bulan ke depan, renovasi rumah, belanja peralatan sekaligus inventaris warung seperti mesin kopi, kulkas, dan chiller, hingga belanja buku, ongkos promosi, dan modal kerja awal.
Selanjutnya, catat pengeluaran selama satu bulan, mencakup logistik bulanan, gaji karyawan, juga listrik dan air. Dari sana, bisa didapat perkiraan estimasi pendapatan dalam satu bulan.
Dengan pengeluaran Rp4,3 juta dan penjualan dalam sebulan mencapai Rp8,4 juta, maka pemilik warung kopi mendapatkan keuntungan sebesar Rp4,1 juta. Jika modal awal adalah sebesar Rp40 juta dan menggunakan perhitungan modal awal dibagi keuntungan, maka pebisnis warung kopi membutuhkan waktu sekitar 9 sampai 10 bulan untuk balik modal.
Perhitungan untuk warung kopi yang mengusung konsep kafe berbeda dari rumahan. Biasanya, ada investasi awal berupa sewa tempat, diikuti perlengkapan seperti inventaris.
Untuk diketahui, perlengkapan itu harus ditaksir nilai penyusutan per bulan, yaitu selama 5 tahun. Misalnya, Rp12 juta untuk sewa tempat, Rp27 juta untuk perlengkapan, ada nilai residu sebesar Rp900 ribu.
Penyusutan yang dapat dihitung sebesar (Rp 15.000.000 - Rp900.000)/(5 tahun x 12 bulan) Rp2.820.000 per tahun, atau Rp235.000 per bulan.
Selanjutnya, pengeluaran umum sebesar Rp.3.985.000, mencakup sewa tempat Rp1 juta per bulan, gaji karyawan Rp1,5 juta, penyusutan Rp235 ribu, listrik dan air Rp750 ribu, serta biaya promosi Rp500 ribu.
Dari pengeluaran produksi per bulan, yang mencakup bahan baku dan bahan tambahan sebesar Rp3 juta, dan penjualan sebesar Rp10,5 juta, didapatkan laba kotor mencapai Rp7,5 juta. Sementara, laba bersih didapat dari laba kotor yang dikurangi jumlah pengeluaran dalam satu bulan.
Dengan estimasi biaya di atas, maka pebisnis warung kopi berkonsep kafe akan mendapat untung sebesar Rp3.515.000 dalam satu bulan.
Tak hanya modal, pebisnis juga harus memiliki daya saing, yang bisa dilakukan lewat inovasi menu. Salah satunya, dengan menambahkan sirup aneka rasa ke dalam racikan kopi menggunakan ABC Gourmet Syrup yang memiliki tiga rasa premium, yaitu Rich Hazelnut, Silky Caramel, dan Velvety Vanilla.
Koleksi Gourmet Syrup dari ABC ini tidak memiliki warna dan pemanis buatan yang dapat mengganggu cita rasa minuman. Gourmet Syrup dari ABC juga memiliki tekstur kental, dengan aroma yang manis dan rasa yang kaya.
(rea)