LAPORAN DARI AMAZON

Tanpa Anakonda dan Piranha, Menyusur Rio Negro di Amazonia

Dewi Safitri | CNN Indonesia
Jumat, 24 Mar 2023 18:14 WIB
Pada Oktober 2022, CNN Indonesia berkesempatan menyusuri anak Sungai Amazon dan mengamati habitat burung bersama peneliti.
Sungai Amazon sepanjang 6400 kilometer kerap disebut sebagai sungai terpanjang di dunia. (Michael Dantas / United Nations Foundation)

Usai bermain di pantai, rasanya malas untuk bergerak meninggalkan kabin yang diisi tempat tidur kayu tingkat yang ditata rapi untuk dua penumpang. Tersedia kamar mandi dan toilet komplit dengan shower, wastafel, handuk, keset dan sabun khas Manaus yang wangi.

Sambil berbaring, kita bisa melihat keluar jendela dan mendengar splish-splash, suara air membelah didorong mesin kapal. Malas betul rasanya keluar.

Untung malamnya cuaca cerah. Anak buah Mo menurunkan lagi kapal dan mengajak penumpang menyusuri anak-anak sungai Rio Negro.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kegelapan air, tak jarang muncul kilatan cahaya seperti bulatan bola kelereng warna kuning terang. Itu black cayman, alias buaya sungai bermoncong lancip yang endemik Amerika Selatan.

Sejenak kilatan kamera penumpang membuat buaya Brasil ini enggan muncul dan segera menghilang di balik arus air yang tenang.

Dalam gelap dan sunyi lagi-lagi hanya terdengar air yang terbelah pelan oleh laju perahu. Makin jauh berjalan, suasana berubah jadi tintrim, sepi yang melangutkan hati.

Gelap di kanan-kiri, tetapi ketika mendongak, langit penuh oleh bintang. Sejauh mata memandang sampai ke ujung paling tepi, langit penuh dengan titik-titik putih. Sungguh syahdu.

Cuma di alam tanpa polusi gambaran angkasa sejernih ini dapat terlihat. Di kanan-kiri saya, semua penumpang nampaknya dicekam kesyahduan ini. Saya ingat anak-anak di rumah - kapan ya bisa membawa mereka menikmati kesunyian indah seperti ini?

Pelabuhan Kota Manaus adalah salah satu pusat perdagangan besar di Amerika Selatan pada abad 18.Pelabuhan Kota Manaus adalah salah satu pusat perdagangan besar di Amerika Selatan pada abad 18. (CNN Indonesia/Dewi Safitri)

Berharap pada Presiden Lula

Sesekali dari arah hutan di pinggir sungai terdengar suara satwa, entah apa saja jenisnya. Yang paling sering terdengar adalah teriakan monyet penjerit (howler monkey, Alouatta guariba). Primata endemik di Brasil dan Argentina ini umumnya hidup berkelompok sehingga teriakannya jadi makin keras dan bisa didengar hingga jarak 5 kilometer.

Teriakan itu adalah pernyataan teritorial, peringatan agar kelompok monyet lainnya menyingkir. Ahli melukiskan suaranya seperti gemuruh badai. Yang lain lagi mengatakan suaranya seperti raungan singa bersahutan. Yang saya dengar suaranya persis keributan dari arena balapan F-1. Benar-benar kencang dan seram di tengah sunyi alam.

Di tengah gemuruh teriakan ini saya bertanya-tanya, di mana piranha dan anaconda-nya?

"Ada di luar sana, memang habitatnya di perairan dan rawa Amazon. Tapi mungkin lebih banyak di layar Hollywood," kata nakhoda Mo sambil tertawa.

Berlawanan dengan gambaran film Hollywood yang melukiskan Amazon sebagai lokasi penuh kengerian karena hewan-hewan buas seperti piranha dan ular anaconda, satwa liar di Amazon umumnya pemalu dan enggan mengganggu kecuali memburu mangsanya.

"Kalau kita banyak bersuara, satwa justru akan langsung kabur menghindar," tambah Mo.

Sampai kapan keasrian alam liar ini akan bertahan?

Ini pertanyaan besar seluruh dunia untuk Amazon. Akhir tahun lalu pemilihan Presiden Brasil digelar, dengan dua kandidat yang sama-sama kuat dan memiliki pendukung fanatik.

Presiden Joao Bolsonaro yang dianggap ramah pada pembalakan Amazon akhirnya kalah oleh Presiden Ignacio Lula DaSilva. Banyak orang berharap, Presiden Lula akan memenuhi janjinya bersikap tegas melestarikan warisan alam liar Amazonia.

Artikel ini merupakan bagian dari seri tulisan Dewi Safitri sebagai penerima UN Foundation Lovejoy Press Fellowship 2022.



(vws)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER