Bahkan, kekejiannya terus dilakukan meski kaum Muslim sudah meninggalkan rumah, kekayaan, dan tempat tinggal demi agama mereka sendiri untuk bermigrasi ke Madinah. Hal ini yang kemudian memicu terjadinya Perang Badar.
Ia kemudian meninggalkan Mekkah dengan pasukan besar untuk mencegah kafilah milik Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Ketika mengetahui bahwa kafilah itu aman dan menuju Mekah, Abu Jahal terus memerangi kaum Muslim hanya karena kebenciannya terhadap Islam.
Saat Abu Jahal tiba di Badar, dia menolak tawaran Nabi Muhammad untuk berdamai. Dia juga menentang pandangan beberapa sosok di pasukannya yang ingin mencegah pertempuran dan menuduh mereka pengecut, sehingga perang tetap dimulai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abu Jahal dibunuh dalam Perang Badar oleh dua anak al-Ansar. Kedua anak tersebut berasal dari keluarga petani. Profesi ini dipandang rendah oleh suku Quraisy.
Lihat Juga :![]() KISAH SAHABAT NABI Kisah Sa'id bin Zaid, Bukti Kekuatan di Balik Doa |
Kedua anak laki-laki itu menyerang Abu Jahal hingga ia terjatuh ke tanah dan kakinya terpotong. Dia tidak dapat bergerak tetapi masih cukup sadar untuk melihat dan merasakan aibnya.
Kepala Abu Jahal kemudian dipenggal oleh Abdullah bin Mas'ud, salah satu sahabat Nabi Muhammad yang terkenal. Kepalanya dibawa kepada Nabi Muhammad dan mayatnya dilemparkan ke dalam sumur tempat mayat-mayat kaum musyrik dilemparkan, yakni di dalam sumur Badar.
Bahkan, setelah berada di ambang kematian, Abu Jahal masih dapat menatap Abdullah bin Masʾud dan berkata, "Beritahukanlah kepada Nabi kalian bahwa saya telah membencinya sepanjang hidup saya, dan bahkan sampai saat ini, api kebencian masih membara di hati saya."
Ketika Abdullah bin Masʾud menyampaikan perkataan itu ke Nabi Muhammad, Nabi Muhammad pun menjawab:
"Aku adalah yang paling terhormat dan mulia di antara para Nabi, umatku adalah yang terbesar di antara umat-umat yang ada, dan Fir'aun di antara umatku adalah yang paling keras kepala dan paling kejam di antara Fir'aun yang lain."
(del/asr)