Renungan Jumat Agung: Bukan Sengsara Tapi Tanda Cinta

CNN Indonesia
Jumat, 07 Apr 2023 11:03 WIB
Ibadat Jumat Agung menandai puncak cinta Tuhan terhadap manusia. Berikut renungan untuk Jumat Agung.
Ibadat Jumat Agung menandai puncak cinta Tuhan terhadap manusia. Berikut renungan untuk Jumat Agung.(ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Injil

Bacaan Injil digantikan oleh pasio kisah sengsara Yesus yang diambil dari Injil Yohanes.

Renungan Hari Raya Jumat Agung 2023

Tak sedikit air mata yang menetes jika ingat akan penderitaan Yesus. Sejak perayaan Kamis Putih, para murid dan umat Tuhan harus dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa ada murid yang berkhianat.

Yesus yang tahu hal ini pun masih bisa tenang saja. Ia mencuci kaki para murid, termasuk si pengkhianat, lalu bersantap bersama seperti pesta perpisahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usai perjamuan, ia sampai di tempat bernama Getsemani. Yesus berpamitan pada para murid untuk berdoa. Dia pun mengajak Petrus dan kedua anak Zebedeus.

Yesus benar-benar merasa gentar dan sedih. Dia meminta mereka untuk tinggal dan berjaga-jaga. Dia juga mengungkapkan kegundahan-Nya pada Bapa di surga.

"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)

Tengok saja, Yesus berdoa tidak untuk memohon agar dijauhkan dari penderitaan dan rasa sakit. Ia justru memasrahkan segala sesuatunya pada Bapa-Nya. Kemudian ia ditangkap dan diadili.

Yesaya menggambarkan Yesus dalam kondisi memprihatinkan. Yesus terus menutup mulut-Nya, tak mengeluarkan sepatah kata pun termasuk membela diri.

Pun Dia tidak menyebut nama para murid atau orang tua-Nya. Ia sama sekali tidak meminta bantuan pada siapa pun. Satu pertanyaan besar, kenapa? Padahal Yesus disebut sebagai keturunan Daud, koneksinya tentu tidak main-main apalagi semasa hidup ia membangkitkan orang mati dan mengusir roh jahat.

Akan tetapi, apa yang terjadi? Yesus menjalani semua, tanpa protes. Dalam Injil Lukas, bahkan Yesus diceritakan mengampuni salah satu penyamun yang disalibkan bersama-Nya.

Penggambaran puncak sengsara Tuhan dituliskan Yesaya dengan ringkas tapi mengena.

"Sesungguhnya dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita;"

Saat disalibkan, Yesus memang ditikam dengan tombak tepat pada lambung-Nya. Darah dan air keluar melengkapi apa yang tertulis dalam kitab suci bahwa tak ada tulang-Nya yang dipatahkan.

Dosa-dosa manusia ditanggung oleh Yesus, dipikul-Nya, lalu disalibkan di puncak Golgota. Rasanya Jumat Agung kurang pas jika disebut mengenang sengsara dan wafat Tuhan. Hari ini malah bisa disebut perayaan akan cinta, puncak dari segala cinta.

Yesus sama sekali tidak menagih ganti penderitaan yang dialami-Nya. Kendati demikian, Ia memberikan banyak teladan hingga akhir hayat bahwa pengorbanan dan derita dilakukan demi cinta, bukan kekuasaan, materi atau popularitas.

Coba tengok kembali, apa motivasi Anda dalam berbuat sesuatu? Apakah berlandas cinta seperti Yesus memberikan teladan?

(els/chs)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER