Jakarta, CNN Indonesia --
Dari semua mahkota dan berlian Kerajaan Inggris, tak semuanya akan terlihat gemerlap saat penobatan Raja Charles III hari ini. Mahkota besar dengan berlian yang tak kalah besar, -berukuran sebesar kelapa- Kohinoor, tak akan muncul pada hari penobatan, meski seharusnya dipakai Camilla.
Dalam bahasa Persia, kohinoor yang berarti gunung cahaya memiliki berlian 105 karat dan jadi salah satu berlian terbesar tak akan terlihat. Padahal menurut tradisi, istri Raja Charles III yang akan bergelar Ratu Camilla, akan menjadi orang selanjutnya yang memakai mahkota tersebut saat penobatan Raja Charles III.
Alih-alih memakainya, dia memilih untuk memakai mahkota yang lebih kecil namun memiliki 2.200 berlian kecil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istana Buckingham membuat pengumuman: Keluarga kerajaan telah memutuskan untuk meninggalkan permata kontroversial itu dari upacara penobatan Charles dan Camilla.
Mahkota Penuh 'Kutukan'
Ada alasannya mengapa mahkota ini harus dipakai permaisuri atau Ratu. Banyak orang percaya bahwa mahkota ini penuh dengan kutukan. Malapetaka akan muncul saat mahkota dipakai bangsawan laki-laku, ada yang celaka, ada yang menemukan kematian mengerikan dengan dibunuh, dikhianati, atau kalah.
Jadi diperkirakan hanya wanita, terutama permaisuri, yang dapat mengenakan Kohinoor dengan aman. Elizabeth, istri Raja George VI, mengenakannya pada penobatannya pada tahun 1937, dan sekali lagi memakainya saat penobatan putrinya Elizabeth II pada tahun 1953.
Hanya saja mendiang Ratu Elizabeth II tak tercatat pernah memakai mahkota berlian kohinoor.
Apa sebabnya?
"Koh-i-Noor sekarang terlalu kontroversial untuk mempertaruhkan permaisuri memakainya," kata Adrienne Munich, profesor emeritus di Stony Brook University dan penulis buku "Empire of Diamonds," kepada ABC News.
"Berlian itu memiliki sejarah berdarah, mencapai ribuan tahun yang lalu, jika mitos dan sejarah bersatu."
Kontroversi di balik mahkota dengan berlian besar dari India itulah yang menyebabkannya.
Menurut sejarahnya, mengutip NPR, berlian ini ditemukan di tepi Sungai suci Krishna di selatan India setidaknya 800 tahun yang lalu. Selama berabad-abad berlian ini tersembunyi di dalam patung emas di sebuah kuil Hindu. Berlian ini sudah melewati kerajaan Mughal, Persia, Afghanistan dan Sikh sebelum berakhir di tangan Ratu Victoria pada pertengahan abad ke-19.
Sekitar 800 tahun yang lalu, seseorang pergi mandi di Sungai Krishna dan tampaknya menemukan berlian terbesar yang dikenal di dunia saat itu. Legenda mengatakan bahwa itu seukuran kelapa.
"Orang biasa pergi ke sungai dan mandi, dan tidak ada sabun atau kosmetik saat itu, jadi mereka menggunakan tanah liat basah di tepi sungai dan mengoleskannya ke tubuh mereka," jelas Mohan Devarapalli, yang memberikan Kohinoor -tur bertema di India selatan.
"Jadi saat [mengorek] tanah liat, mereka menemukan berliannya."
Mereka menganggapnya sebagai hadiah dari sungai suci dan membawanya ke penguasa mereka, raja-raja Hindu abad ke-12 dari dinasti Kakatiya. Pada saat itu, India penuh dengan negara-negara yang berperang, dan raja-raja perlu menjaga keamanan berlian mereka.
Jadi mereka menyembunyikannya di depan mata - di dalam rongga mata patung emas besar dewi Hindu Durga, di kuil yang masih digunakan sampai sekarang, di tepi danau di kota Warangal modern. Satu mata adalah kaca, yang lainnya adalah berlian.
"Salah satu mata [dewi] adalah berlian, yang tidak diketahui siapa pun - kecuali raja - karena bentuknya seperti kaca. Bahkan para pendeta, mereka tidak akan mengetahuinya," kata Devarapalli.
"Itu adalah tempat yang sangat rahasia untuk menyembunyikan berlian."
Berlian itu saat ini terkunci di Menara London, dan dianggap sebagai "simbol penaklukan.
Berlian Kohinoor sudah menjadi fokus kemarahan anti-kolonial. India pun menginginkan berlian itu kembali. Tak cuma itu, Iran dan Afghanistan juga menginginkan berlian itu lantaran mengklaim para bangsawan dan penguasanya juga memiliki berlian itu selama berabad-abad.
Setelah Ratu Elizabeth meninggal tahun lalu, pemerintah India mengatakan telah berulang kali mengangkat masalah pemulangan Kohinoor dengan pemerintah Inggris.