Penyebaran sifilis di Indonesia tergolong tinggi. Bahkan pada 2022 lalu, angka kasus sifilis yang terdeteksi di Indonesia mencapai 20.783 kasus.
Sifilis atau oleh masyarakat Indonesia dikenal sebagai penyakit raja singa memang harus dihindari. Namun, di Indonesia setiap tahunnya angka penyebarannya justru mengalami peningkatan.
Kementerian Kesehatan melalui juru bicaranya, Mohammad Syahril menyebut, setiap tahun penderita sifilis memang mengalami peningkatan. Bahkan jika dilihat dari 2018 ke 2022 mengalami lonjakan hingga 70 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Per 2022 lalu, jumlah penderita sifilis yang terdeteksi di Indonesia mencapai 20.783 kasus. Angka tersebut merupakan angka dengan lonjakan yang cukup besar jika dibandingkan pada 2018 lalu dimana angka kasus sifilis hanya sebesar 12.484.
"Jadi pasien yang ditemukan setiap tahunnya terus bertambah, sampai sekarang mengalami lonjakan hingga 70 persen," kata Syahril dalam konferensi pers yang digelar Kemenkes secara daring, Senin (8/5).
Sifilis merupakan penyakit yang tak hanya menyerang orang dewasa. Anak-anak, bahkan bayi bisa terkena penyakit yang disebabkan oleh bakteri treponema pallidum ini.
Lantas, apakah penyebaran sifilis di Indonesia juga bisa menyerang anak dan bayi?
Syahril menyebut, sifilis pada bayi bisa terjadi. Penularan bisa terjadi saat ibu yang terpapar sifilis mengalami kehamilan.
Jika sifilisnya tidak ditangani, maka anak tersebut bisa tertular. Entah itu tertular melalui plasenta saat di dalam rahim, saat proses melahirkan, atau bahkan menyusui.
Untuk itu, penting melakukan tes dan pengobatan sifilis bagi mereka yang sudah dinyatakan positif. Lagi pula kata Syahril, pemerintah juga telah menyediakan fasilitas tes sifilis secara gratis yang bisa diterima semua lapisan masyarakat.
"Ini yang perlu diketahui, bahwa tes sifilis bisa dilakukan di faskes-faskes, puskesmas dan semuanya gratis," kata dia.