Jadi kalau ada momen-momen di drama Korea yang kadang bikin saya berpikir dan bilang begini: Ini mah enggak mungkin di dunia asli bisa begini. Banyak poin-poin kaya begitu.
Misalnya ada adegan di kereta atau stasiun, terus mengajak bicara orang di sebelahnya, itu kalau di kehidupan nyata bakal bisa dapat respons sinis dari gestur mata orangnya. "Apa sih ini orang, enggak kenal juga."
Memang ada sebuah budaya di Korea yang tidak mau merepotkan orang dengan level yang sangat tinggi. Sebenarnya bagus, tapi terlalu kaku sehingga tidak bersosialisasi dengan yang lain karena tidak mau merepotkan orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menanyakan jalan atau arah saja di Korea hampir menjadi tabu. Kecuali bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah tua yang menanyakan jalan atau arah, untuk orang muda, mereka tidak ada sama sekali menanyakan arah jalan. Untuk bertanya di mana letak toilet kepada pelayan restoran di sebuah mal saja itu sungkan dilakukan orang-orang muda di Korea. Padahal, kalau di Indonesia hal begitu kan biasa saja.
Kalau kita bertanya seperti itu, malah dianggap tidak tahu budaya Korea. Sampai segitunya tidak mau merepotkan orang lain. Saya pernah alami kejadian ini saat jalan-jalan bersama teman-teman saya yang orang Korea, waktu itu mereka sama sekali tidak mau tanya orang lain saat kami sedang mencari sebuah lokasi.
Lalu, saya sampai menjelaskan bahwa di Indonesia bahkan ada peribahasa, malu bertanya sesat di jalan. Tapi, pada dasarnya, orang Korea hanya enggan bersinggungan dengan orang yang tidak mereka kenal. Fenomena ini sebenarnya terjadi pada orang-orang muda yang tinggal di kota-kota besar di Korea.
Kalo dipikir apa pemicu anak-anak mudanya menjadi sangat individualistis, kembali lagi ke sejarahnya, di mana Korea berkembang dalam waktu yang cepat, zaman ibu mereka sebenarnya atau sekitar 30-40 tahun yang lalu, Korea masih tradisional, seperti Indonesia. Tapi sekarang, sudah sangat pesat sampai akhirnya banyak struktur sosial yang sudah berubah. Misalnya, bentuk perumahan.
Di kota besar di Korea, bentuk perumahannya vertikal atau seperti apartemen, sendiri-sendiri. Sudah jarang itu bentuk perumahan, kalau ada, harganya pasti mahal. Karena perkembangan negaranya pesat, akhirnya rumah-rumah yang dibikin seperti apartemen.
Mereka pun akhirnya tidak berkomunikasi dengan tetangga. Untuk orang yang masih muda nih, sejak mereka lahir sudah terbentuk situasi seperti itu. Orang-orang ini tinggalnya di apartemen, ketemu sama tetangga di lift, itu pun enggak menyapa, karena dianggap orang asing, karena enggak kenal.
Perubahan struktur seperti ini salah satunya yang membentuk karakter orang-orang mudanya seperti sekarang, punya batasan. Untuk anak-anak mudanya kenapa seperti itu, Korea dalam 30 tahun terakhir banyak sekali perubahannya.
Saya pernah dengar pembahasan soal ini bawah sociality itu terbentuk dari sistem negaranya itu juga, salah satunya sistem perumahannya yang mempengaruhi. Selain itu, ini karena Korea negara yang terbuka, jadi mereka semakin kebarat-baratan.
Orang Korea semakin menerima pendapat-pendapat dari luar. Karena sebenarnya Korea kan negara yang tradisional, orang Timur. Tapi, Korea itu lebih terbuka terhadap pendapat-pendapat dari Barat.
(wiw)