Olahraga Teratur Ditemukan Tekan Risiko Parkinson pada Perempuan

CNN Indonesia
Selasa, 30 Mei 2023 19:15 WIB
Sebuah studi baru menemukan berolahraga secara teratur dapat mengurangi risiko terkena penyakit Parkinson pada perempuan.
Ilustrasi. Sebuah studi baru menemukan berolahraga secara teratur dapat mengurangi risiko terkena penyakit Parkinson pada perempuan. (iStock/gradyreese)

Mereka ditanya seberapa jauh mereka berjalan, berapa banyak anak tangga yang mereka naiki setiap hari, berapa jam yang mereka habiskan untuk kegiatan rumah tangga, serta berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk melakukan kegiatan rekreasi ringan seperti berkebun dan kegiatan yang lebih berat seperti olahraga.

Para peneliti memberikan skor untuk setiap aktivitas berdasarkan metabolic equivalent of a task (METs), sebuah cara untuk mengukur pengeluaran energi. Tingkat aktivitas fisik rata-rata peserta adalah 45 METs-jam per minggu pada awal penelitian.

Perempuan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok yang sama yang masing-masing terdiri dari lebih dari 24 ribu orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada awal penelitian, mereka yang berada di kelompok tertinggi memiliki skor aktivitas fisik rata-rata 71 METs-jam per minggu, sementara mereka yang berada di kelompok terendah memiliki skor rata-rata 27.

Hasilnya, pada kelompok yang paling banyak berolahraga, terdapat 246 kasus penyakit Parkinson, dibandingkan dengan 286 kasus pada kelompok yang paling sedikit berolahraga.

Setelah disesuaikan dengan faktor-faktor seperti tempat tinggal, usia saat pertama kali menstruasi, status menopause, juga kebiasaan merokok, para peneliti menemukan bahwa mereka yang berada dalam kelompok olahraga tertinggi memiliki tingkat 25 persen lebih rendah terkena penyakit Parkinson dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kelompok olahraga terendah ketika aktivitas fisik dinilai hingga 10 tahun sebelum diagnosis.

Mereka menemukan bahwa hubungan ini tetap ada ketika aktivitas fisik dinilai hingga 15 atau 20 tahun sebelum diagnosis.

Hasil yang ditemukan para peneliti pun tetap sama setelah disesuaikan dengan pola makan atau kondisi medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.

(del/asr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER