5 Faktor Risiko Kanker Ovarium, Salah Satunya Tak Pernah Hamil?

CNN Indonesia
Minggu, 28 Mei 2023 09:20 WIB
Ilustrasi. Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker ovarium. (iStockphoto/Milena Shehovtsova)
Jakarta, CNN Indonesia --

Jangan main-main dengan kanker ovarium. Kanker satu ini menempati urutan ke-7 dalam hal jumlah angka kematian.

Kanker ovarium jadi salah satu jenis kanker pada wanita yang harus diwaspadai. Beberapa faktor risiko turut memperbesar kemungkinan seseorang terkena kanker ovarium.

Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, ada sebanyak 14.896 kasus kanker ovarium baru. Sebanyak 9.581 di antaranya berakhir pada kematian.

Ovarium sendiri merupakan sepasang organ pada sistem reproduksi perempuan. Salah satu fungsinya adalah sebagai tempat pematangan sel telur.

"Besarnya ovarium sangat kecil, sehingga susah untuk menemukan stadium awal pada kanker ovarium," ujar dokter spesialis ginekologi onkologi Toto Imam Soeparmono, dalam webinar Kampanye 10 Jari, Sabtu (27/5).

Faktor risiko kanker ovarium

Ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko kanker ovarium. Berikut di antaranya.

1. Wanita usia lanjut

Kanker ovarium umumnya terjadi setelah masa menopause dan meningkat risikonya pada usia di atas 65 tahun.

Toto mengatakan, perempuan yang berusia di atas 50 tahun berisiko terkena kanker ovarium. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan perempuan yang lebih muda juga bisa menderita kanker ini.

"Maka itu sebelum terlambat, semakin dini, semakin mudah untuk mendeteksi kanker ovarium karena belum terjadi perlengketan sehingga angka [harapan] hidupnya lebih besar daripada datangnya terlambat," ucap dia.

2. Kehamilan pertama di atas 35 tahun atau tidak pernah hamil

Ilustrasi. Tak pernah hamil, salah satu faktor risiko kanker ovarium. (iStockphoto/Love portrait and love the world)

Wanita dengan kehamilan pertama di atas usia 35 tahun atau tidak pernah hamil memiliki risiko yang lebih tinggi. Sebaliknya, kehamilan dapat menurunkan risiko kanker ovarium.

"Setiap bulan indung telur mengeluarkan telur yang bernama ovulasi. Kadang-kadang menimbulkan rasa sakit. Kemudian ovarium yang dindingnya pecah berdarah, dia akan mengalami relisi menyembuh," jelas Toto.

Saat hamil, proses ovulasi seperti yang dijelaskan di atas tidak akan terjadi. Momen ini menjadi waktu bagi ovarium untuk beristirahat.

"Saat nifas, istirahat lagi, tidak terjadi ovulasi. Maka tidak terjadi perlukaan selama 2 tahun, itu bisa menyelamatkan [dari kanker]," lanjutnya.

3. Asupan kolesterol tinggi

Risiko kanker ovarium berkaitan dengan tingginya asupan kolesterol. Sebaiknya konsumsi sayur, vitamin, dan beta karoten untuk menurunkan risiko.

Obesitas dan merokok juga meningkatkan risiko kanker ovarium.

"Senyawa kimia beredar di dalam darah dan bikin kanker di mana-mana, di antara lain di ovarium atau di payudara. Makanya perlu lebih hati-hati dalam makan," lanjut Toto.

4. Riwayat kista endometriosis

Kanker ovarium bisa disebabkan oleh endometriorsis yang terdeteksi pada wanita dengan usia lebih muda dan stadium awal.

5. Riwayat keluarga

Risiko terjadinya kanker ovarium akan meningkat pada wanita dengan riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara, khususnya pada ibu atau saudara perempuan.

Demikian beberapa faktor risiko kanker ovarium yang perlu diketahui.

(del/asr/bac)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK