Cerita Ariyanto, Tobat Merokok Karena Penyakit Paru Obstruktif Kronis

CNN Indonesia
Rabu, 23 Agu 2023 15:00 WIB
Pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) Ariyanto berbagi cerita soal kebiasaan merokok sejak SMP. Kebiasaan ini berhenti setelah didiagnosis PPOK.
Ilustrasi. Seorang pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis bernama Ariyanto membagikan pengalamannya setop merokok usai didiagnosis PPOK. (iStockphoto/Tevarak)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), Ariyanto, berbagi cerita mengenai kebiasaan merokoknya sejak SMP. Kebiasaan ini pun ia hentikan setelah didiagnosis PPOK.

Proyek konstruksi bangunan membuat Ariyanto sering bekerja di luar ruangan dan bepergian ke luar kota. Namun peristiwa tahun lalu membuatnya kini tak banyak melakukan aktivitas berat.

"Saya mau ke Solo, tapi saya anfal di bandara, enggak bisa napas lalu dilarikan ke UGD. Dua minggu setelahnya, saya didiagnosis PPOK grade D," kata Ariyanto dalam gelaran media briefing bersama GSK di Jakarta, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anfal merupakan serangan mendadak yang biasanya berkaitan dengan jantung atau saluran napas.

Sebelum muncul diagnosa PPOK, dia mengaku cukup akrab dengan batuk, sesak napas, dan cepat lelah selama 6 bulan terakhir sebelum anfal. Dia menganggap kelelahan yang selama ini dialami hanya kelelahan biasa.

Pun batuk cukup umum dialami kaum perokok. Ariyanto mengakui dirinya adalah perokok berat.

"Saya perokok berat. Sejak 1974, saat SMP kelas 2 sudah merokok. Rata-rata kalau merokok 2-3 bungkus per hari," imbuhnya.

Diagnosis PPOK pada Februari 2022 pun membuatnya langsung setop merokok. Namun hal itu tak serta merta membuatnya hidup seperti orang sehat pada umumnya. Aktivitasnya banyak berkurang. Untuk sekadar naik tangga, misal, dulu cukup 5 menit, kini harus sekitar 10 menit.

PPOK mungkin tidak sepopuler kanker paru atau Covid-19. Meski sama-sama menyerang organ pernapasan, PPOK terbilang berbeda.

Triya Damayanti dari Kelompok Kerja Asma PPOK, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menjelaskan PPOK merupakan penyakit paru yang terjadi dalam jangka panjang yang menghalangi aliran udara dari dalam paru sehingga pasien mengalami sesak napas.

"PPOK itu di saluran napasnya. Bronkiolus kena PPOK jadi rusak, alveolus (kantung udara) rusak, ada penumpukan slime atau dahak, sehingga saluran napas tidak terbuka dengan optimal," jelas Triya dalam kesempatan serupa.

Penyebab PPOK ada beragam. Namun faktor risiko utamanya adalah kebiasaan merokok. Selain itu, PPOK bisa dipicu polusi dalam maupun luar ruangan, pajanan dari pekerjaan atau lingkungan.

Kebiasaan merokok jangka panjang, paparan polusi akan memicu sejumlah gejala PPOK seperti, sesak napas, batuk berkepanjangan dan produksi dahak berlebih.

PPOK bisa dicegah asal faktor risikonya dikendalikan. Punya kebiasaan merokok? Sebaiknya segera berhenti.

"Kurangi pajanan polusi, tiap hari berkendara harus ada tindakan [pencegahan] misalnya menggunakan masker," katanya.



(els/pua)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER