Studi: Obesitas Bikin Otak 'Kebal' dari Rasa Kenyang Setelah Makan

CNN Indonesia
Kamis, 22 Jun 2023 22:09 WIB
Ilustrasi. Studi terbaru menyebut obesitas bisa membuat otak kebal terhadap rasa kenyang setelah makan. (Istockphoto/Fertnig)
Jakarta, CNN Indonesia --

Studi terbaru menemukan obesitas dapat mengacaukan kemampuan otak untuk mengenali sensasi kenyang dan merasa puas setelah makan lemak dan gula. Dampak itu juga disebut dapat bersifat permanen.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Metabolism pada Senin (12/6) menjelaskan mengapa beberapa orang kesulitan untuk menurunkan berat badan.

"Orang-orang masih berpikir bahwa obesitas disebabkan oleh kurangnya kemauan," kata Mireille Serlie, salah satu penulis studi sekaligus profesor endokrinologi di Yale School of Medicine, dalam sebuah siaran pers, mengutip CNN.

"Tapi kami telah menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata dalam otak."

Penelitian ini mengamati sinyal yang dikirim perut ke otak setelah makan pada orang yang lebih ramping dan pada orang yang mengalami obesitas, yang didefinisikan sebagai memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30.

Para ilmuwan memberi para partisipan lemak dan gula yang dilarutkan dalam air melalui tabung di hidung mereka untuk menghilangkan pengaruh rasa dan keinginan terhadap makanan tersebut. Kemudian mereka mengamati respons otak mereka terhadap makanan dengan menggunakan pemindaian otak.

Mereka berfokus pada bagian otak yang disebut striatum, yang menurut Serlie, telah dikaitkan dengan motivasi untuk mencari makanan dan memakannya.

Usus dan tubuh kita mengirimkan sinyal ke otak untuk menunjukkan bahwa kita sudah mendapatkan cukup kalori. Biasanya, otak membaca sinyal ini dan berhenti menstimulasi area yang memerintahkan kita untuk makan.

Hal ini terjadi pada otak orang yang lebih ramping. Meskipun otak orang yang lebih ramping dan orang dengan obesitas menjadi aktif karena lapar sebelum makan, aktivitas otak tersebut mereda setelah makan pada otak orang yang lebih ramping.

Hasil pemindaian juga menunjukkan adanya aliran dopamin ke striatum, zat kimia yang memberikan rasa puas setelah makan. Namun, rasa puas itu tidak terjadi pada orang penderita obesitas.

"Hal ini sangat mengejutkan," kata Serlie. "Kami tidak menyangka akan adanya perubahan aktivitas otak pada orang dengan obesitas."

Francesco Rubino, ketua bedah metabolik di King's College London, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa obesitas bukan hanya masalah kemauan.

"Seseorang dengan berat badan normal biasanya akan membuat otak merasa asupan nutrisi sudah cukup. Tapi bagi orang dengan obesitas, mekanisme tersebut tidak bekerja dengan baik," kata dia, melansir Insider.

"Otak [menjadi] lebih 'lapar' pada orang yang mengalami obesitas, jika Anda ingin mengatakannya seperti itu, tapi itu bukan karena keputusan yang dibuat secara sadar."

Para ilmuwan kemudian meneliti apakah penurunan berat badan dapat memicu otak untuk kembali normal.

Para peserta diminta untuk mengikuti diet untuk menurunkan 10 persen massa tubuh mereka dalam tiga bulan. Kehilangan berat badan sebanyak ini telah terbukti mengurangi komplikasi kesehatan yang terkait dengan kelebihan berat badan. Namun penelitian menunjukkan bahwa orang dengan obesitas kesulitan untuk mempertahankan berat badan ini dalam jangka panjang.

Para ilmuwan berharap bahwa otak akan menyesuaikan diri dengan tubuh dan akan mulai memberi orang sensasi kenyang. Namun hal itu tidak terjadi.

"Tidak ada yang berubah. Otak masih tidak mengenali rasa kenyang atau merasa puas," kata Serlie.

Dia mengatakan bahwa temuan ini mungkin menjelaskan mengapa orang berhasil menurunkan berat badan dan kemudian mendapatkan kembali seluruh berat badannya yang telah hilang beberapa tahun kemudian.

"Dampaknya terhadap otak mungkin tidak dapat dibalik seperti yang kita harapkan," imbuhnya.

Obesitas sendiri adalah penyakit yang kompleks. Para ilmuwan masih berjuang untuk memahami secara pasti apa yang menyebabkan kelebihan berat badan dan masalah kesehatan yang terkait. Cara dan waktu kapan perubahan pada otak ini mulai terjadi sulit untuk dikatakan dari penelitian ini saja.

"Kami tidak tahu kapan perubahan besar dalam otak ini terjadi selama kenaikan berat badan. Kapan otak mulai tergelincir dan kehilangan kapasitas penginderaan," ucap Serlie.



(del/pua)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK