WHO Ungkap Obat Batuk Sirup Beracun Masih Mengancam Dunia
World Health Organization (WHO) menyatakan obat batuk sirup beracun hingga kini masih menjadi ancaman global.
Rutendo Kuwana selaku ketua tim khusus WHO yang menangani kasus obat substandar dan palsu menegaskan sirup batuk beracun merupakan risiko yang berkelanjutan.
"Ini adalah risiko yang berkelanjutan," ungkap Kuwana, seperti diberitakan Channel News Asia pada Jumat (16/6).
Organisasi kesehatan dunia itu bahkan menjalin kerja sama baru dengan enam negara lain untuk melacak peredaran obat-obatan anak yang berpotensi mematikan.
Meski demikian, Kuwana menolak menyebutkan enam negara baru yang bekerja sama dengan badan dunia tersebut. Penyelidikan juga disebut masih terus berlanjut hingga saat ini.
Kerja sama tersebut melanjutkan laporan PBB yang menyebutkan sembilan negara diduga kuat telah menjual sirup tercemar racun. Laporan itu dirilis usai lebih dari 300 bayi di tiga benua meninggal dunia tahun lalu akibat obat tersebut.
Sementara itu, Kuwana juga mengimbau bahwa obat-obatan yang terkontaminasi masih dapat ditemukan selama beberapa tahun ke depan. Sebab, bahan berbahaya itu bisa saja masih bersarang di tong cairan yang sudah tercemar.
Ia menjelaskan pihak yang tidak bertanggung jawab kerap dengan sengaja mengganti bahan asli sirup batuk, propilen glikol, dengan bahan alternatif lain yang beracun. Langkah itu dilakukan karena bahan alternatif seperti etilen glikol atau dietilen glikol cenderung lebih murah.
Padahal, bahan-bahan itu disebut lebih sering digunakan untuk minyak rem atau produk lain yang bukan ditujukan untuk konsumsi manusia.
Lihat Juga : |
Kuwana menjelaskan WHO berteori bahwa penggunaan bahan beracun itu terjadi ketika harga propilen glikol melonjak pada 2021 silam. Beberapa pemasok kemudian diduga mencampur cairan beracun yang lebih murah dengan bahan-bahan lain yang diizinkan.
Namun, Kuwana tidak mengatakan di mana pemasok itu berada dan mengklaim kesulitan membuktikan teori tersebut karena alur pasokan yang tidak jelas.
Di sisi lain, produsen obat-obatan dan beberapa perusahaan yang diduga memproduksi obat batuk beracun umumnya mengambil bahan baku dari pemasok internal.
(frl/lth)