Kerabat Korban Kapal Karam Titanic: Itu Kuburan, Bukan Disneyland

CNN Indonesia
Senin, 26 Jun 2023 18:45 WIB
Keluarga korban kapal Titanic kesal dengan ekspedisi wisata laut menuju bangkai Kapal Titanic yang telah dilakukan beberapa kali, khususnya oleh OceanGate.
Kapal selam wisata OceanGate yang menawarkan pengalaman melihat bangkai kapal Titanic. (AFP/HANDOUT)
Jakarta, CNN Indonesia --

Keluarga korban kapal Titanic yang tenggelam pada 1912 ikut angkat bicara perihal tragedi kapal selam wisata OceanGate Titan. Mereka mengaku kesal dengan ekspedisi laut menuju bangkai Kapal Titanic yang telah dilakukan beberapa kali.

Perjalanan wisata ke kapal karam dinilai oleh kerabat korban kapal Titanic sebagai sikap yang tidak menghormati para korban tewas tragedi tersebut. Kapal selam wisata OceanGate Titan pun juga dianggap salah satu ekspedisi yang tidak menghormati korban.

"Cara meninggal mereka sangat tragis, jadi biarkan jenazah mereka beristirahat dengan tenang," ucap John Locascio, 69 tahun, yang pamannya, Alberto dan Sebastiano Peracchio, menjadi korban tewas tragedi Titanic pada 1912, seperti dilansir New York Post.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Locascio berpendapat, perusahaan yang mengoperasikan kapal selam wisata OceanGate memalukan, karena memanfaatkan kunjungan ke lokasi kapal karam Titanic yang sebenarnya situs suci.

"Saya pikir itu menjijikkan, sejujurnya. Apa yang ingin Anda lihat? Jujur saja saya ingin itu dihentikan. Tidak ada gunanya. Anda akan pergi ke sana untuk melihat kuburan," tuturnya.

Tragedi menimpa kapal selam wisata OceanGate, yang menawarkan perjalanan wisata mahal dalam laut ke reruntuhan kapal karam Titanic. Salah satu kapal OceanGate, Titan, hilang dan dinyatakan meledak, dengan membawa lima penumpang di dalamnya, pada Minggu (18/6).

Lima korban hilang di kapal selam OceanGate Titan antara lain, Sulaiman Dawood, 19 tahun, ayahnya yang seorang taipan, Shahzada, 48 tahun, miliarder Inggris Hamish Harding, 58 tahun, penjelajah Titanic yang terkenal, Paul-Henri Nargeolet, 77 tahun, serta pendiri dan CEO OceanGate, Stockton Rush, 61 tahun.

Sementara itu, keluarga penumpang korban tragedi Titanic lainnya, Mark Petteruti, mengaku bingung kenapa ada orang yang mau membayar mahal untuk menyaksikan sesuatu yang begitu menyedihkan.

"Ini sebuah tragedi, saya tidak percaya ada orang mau membayar US$250 ribu (setara Rp3,76 miliar) untuk melihatnya," ujar Mark Petterutti, yang neneknya saat berusia 24 tahun selamat dari tragedi kapal Titanic, tapi kemudian menderita Post-traumatic stress disorder (PTSD).

Petterutti menyebut reruntuhan kapal Titanic sama halnya seperti kuburan, karena semua korban meninggal jasadnya berada di dalam laut. Dia menilai banyak orang malah menjadikan kuburan korban kapal Titanic seperti Disneyland dengan mengunjungi sebagai wisata.

Kapal Titanic pada April 1912 menabrak gunung es dan tenggelam. Sebanyak 1.496 orang menjadi korban tewas dalam tragedi kapal Titanic.

Di sisi lain, kerabat korban kapal Titanic 1912, T. Sean Maher, yang kakek buyutnya, James Kelly, menjadi korban tewas, mengatakan, seharusnya orang-orang di kapal selam wisata OceanGate tidak berada di sana sejak awal

"Sangat menyedihkan jika ada yang kehilangan nyawanya dengan cara seperti itu, tapi menurut saya, sejak awal mereka seharusnya tidak berada di sana. Kita harus membiarkan para korban di sana beristirahat dengan tenang," ungkap Maher.

Shelley Binder, kerabat korban kapal Titanic 1912, yang nenek buyutnya merupakan salah satu dari 712 orang yang selamat, menuturkan, lokasi tragedi tenggelamnya Titanic pada 1912 masih harus diselidiki dan dipelajari.

"Mari kita lakukan (datangi) dengan penuh rasa hormat, bukan mendorong wisatawan untuk hanya melihatnya," kata Shelley Binder.

(wiw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER