Deteksi Dini Kerusakan Ginjal di Mayapada Autoimmune Center Indonesia
Ginjal, organ vital dalam tubuh, memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan dan menyaring racun dari darah manusia. Oleh karena itu, kerusakan pada ginjal dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan seseorang jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Sayangnya, menurut dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Donnie Lumban Gaol, Sp.PD-KGH, kerusakan ginjal sering kali sulit dideteksi pada tahap awal karena kurangnya gejala yang muncul.
"Permasalahan pada ginjal terkadang sangat tidak dirasakan karena tidak ada gejala klinisnya. Tapi jika sudah memasuki tahap akhir biasanya gejala baru muncul seperti mual, muntah, sesak napas, nyeri tulang belakang dan lain-lain," ujarnya melalui keterangan resmi, Selasa (27/6).
Maka dari itu, dia menyarankan agar pemeriksaan ginjal dilakukan setiap tahun atau dua tahun sekali, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi seperti penderita diabetes atau hipertensi.
Mulai dari pemeriksaan yang sederhana dengan urinalisis dan tes kreatinina. Jika pada tes ini melebihi nilai normal, maka ada gambaran gangguan fungsi ginjal.
Sementara metode kedua yang dilakukan adalah melalui imaging menggunakan ultrasonografi (USG). Metode ini dapat melihat bentuk ginjal dan mendeteksi adanya tanda-tanda yang berpotensi merusak seperti kista ginjal atau batu ginjal.
Berdasarkan pengalaman dalam menangani pasien, dr. Donnie juga mengungkapkan bahwa lupus nefritis, penyakit autoimun yang disebabkan oleh respons tidak normal sistem kekebalan tubuh yang menyerang ginjal, merupakan salah satu penyebab kerusakan ginjal yang paling umum.
"Sebagian besar penyakit ginjal akibat hipertensi, diabetes. Selebihnya karena autoimun, dan infeksi juga penyumbang terbesar," katanya.
Selain itu, IgA Nefropati, salah satu penyakit ginjal autoimun yang terjadi akibat penumpukan antibodi IgA pada ginjal, juga menjadi penyumbang besar kerusakan ginjal.
Jika terjadi masalah pada ginjal dan penyebabnya tidak diketahui, biasanya dokter akan merekomendasikan tindakan biopsi ginjal. Prosedur ini dilakukan untuk mengambil sebagian jaringan ginjal guna mengetahui penyebab penyakit atau tanda-tanda kerusakan lebih lanjut.
"Biopsi dalam kasus autoimun akan menentukan jenis mana nih gangguan autoimun yang menyerang ginjal. Dengan biopsi, juga memberikan gambaran patologinya (abnormalitas sel) untuk kemudian menentukan penanganannya seperti apa," tuturnya.
Terkait kemungkinan terjadinya komplikasi saat melakukan biopsi, dr. Donnie Lumban Gaol menyebut risiko komplikasinya sangat rendah. Hal ini dikarenakan risiko komplikasi dari tindakan ini terhitung minimal.
Dalam hal ini, Mayapada Hospital Jakarta Selatan menjadi solusi terbaik dengan kehadiran Mayapada Autoimmune Center, pusat layanan terpadu pertama di Indonesia untuk penyakit autoimun baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
"Kalau di kita dikerjakan oleh tim yang sudah sangat solid untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan, untuk melakukan tindakan dan mem-follow up hasil biopsinya, dan tentunya kondisi pasien pasca biopsi," paparnya.
Dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan medis lengkap, Mayapada Autoimmune Center Indonesia memiliki teknologi terkini, serta didukung oleh tim dokter multi spesialis yang berpengalaman dibidangnya.
Mayapada Autoimmune Center Indonesia juga menerapkan pendekatan multi disiplin yang bersinergi antar spesialisasi yang dapat menangani berbagai kasus penyakit autoimun, mulai dari penyakit autoimun yang sering dijumpai hingga penyakit autoimun yang kompleks dan membutuhkan penanganan lebih lanjut.
(rir)