Terapi garam atau salt therapy disebut-sebut bisa menghalau gangguan polusi udara yang akhir-akhir ini cukup parah terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan, artis Nikita Willy juga melakukan salt therapy untuk anaknya, Issa Xander Djokosoetono.
Terapi garam mulai dikenal sejak 1843 silam. Kemampuan garam untuk membersihkan saluran pernapasan berasal dari garam yang diyakini memiliki sifat anti-inflamasi dan antibakteri.
Berangkat dari hal tersebut, terapi garam pun dilakukan. Terapi ini diyakini bisa menghalau bahaya polusi yang masuk ke saluran pernapasan manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, dokter spesialis paru dan pernapasan konsultan asma dan penyakit paru obstruktif kronik di Rumah Sakit Royal Taruma, Budhi Antariksa menyebut belum ada bukti ilmiah yang menemukan bahwa terapi garam benar-benar efektif untuk membersihkan saluran pernapasan.
Bahkan menurutnya, terapi garam justru bisa menyebabkan iritasi di saluran pernapasan. Terutama, untuk orang-orang yang sudah memiliki penyakit asma dan bronkitis.
"Tidak ada bukti ilmiahnya. Untuk pasien yang memiliki asma ini berbahaya karena bisa menyebabkan iritasi sehingga terjadi penyempitan di saluran napas," kata Budhi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (24/8).
Alih-alih melakukan terapi garam, Budhi menyarankan agar masyarakat saat ini menggunakan air purifier di rumah. Alat ini justru lebih efektif untuk membersihkan udara di dalam ruangan.
"Kami lebih menganjurkan air purifier. Sudah terbukti bisa membersihkan ruangan saat polusi seperti sekarang ini," kata dia.
Hal sama juga diungkap oleh dokter spesialis paru di Bintaro Jaya Hospital Feni Fitriani Taufik. Menurutnya penggunaan air purifier terbukti secara ilmiah lebih efektif menghalau polusi di dalam ruangan.
"Untuk data ilmiah air purifier lebih banyak manfaatnya dibandingkan salt therapy," kata dia.