Aktris Zaskia Adya Mecca curhat saturasi oksigen sang buah hati nge-drop gara-gara polusi udara. Lantas, bagaimana sebenarnya hubungan antara polusi dan kadar oksigen dalam darah?
Zaskia curhat putra bungsunya, Bhaj Kama Bramantyo, tidak bisa tidur. Saat dicek, ternyata saturasi oksigen menunjukkan angka 88 persen.
"Akhirnya kena juga anak efek dari polusi yang luar biasa di Jakarta," tulis Zaskia via akun Instagram pribadinya. CNNIndonesia.com telah meminta izin untuk mengutip unggahan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahli pulmonologi Erlang Samoedro mengatakan, penurunan saturasi oksigen memiliki kaitan dengan polusi udara meski tidak secara langsung.
"Kalau udara bebas terbuka, kadar oksigen di udara tidak turun, sehingga [bila menemukan saturasi] oksigen turun berarti oleh karena penyakit seperti asma, jantung, paru dan lain-lain," kata Erlang via pesan singkat pada CNNIndonesia.com, Jumat (25/8).
Saturasi, lanjutnya, berhubungan dengan oksigen yang dihirup. Saat kadar oksigen dalam ruang menurun, kadar saturasinya pun secara otomatis akan menurun. Misalnya saja, saat terjadi kebakaran dan ada orang yang terjebak di dalamnya.
Hanya saja, kondisi demikian tidak akan terjadi saat menghirup udara bebas.
Namun, Erlang melanjutkan, polusi bisa memperparah atau mencetuskan kekambuhan sejumlah penyakit yang dapat menurunkan saturasi oksigen. Misalnya saja penyakit yang berhubungan dengan organ jantung dan paru-paru.
"Polusi bisa mencetuskan penyakit seperti asma, jantung, dan paru. Nah, kalau penyakit ini kambuh, saturasi bisa turun," imbuhnya.
![]() |
Pada orang dewasa, saturasi oksigen yang normal berada di angka 95-100 persen. Sementara pada anak, saturasi oksigen disebut normal jika berada pada angka 97-100 persen.
Tingkat saturasi oksigen rendah atau hipoksemia akan memicu gejala sesak napas, kebingungan, sakit kepala, dan detak jantung lebih cepat.
Polusi udara bisa mencetuskan sejumlah penyakit yang membuat saturasi oksigen turun. Berikut beberapa penyakit yang bisa dipicu polusi udara:
- asma,
- emboli paru (gumpalan darah pada paru-paru),
- gagal paru,
- penyakit jantung bawaan,
- penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
- edema paru (penumpukan cairan pada paru),
- pneumonia,
- fibrosis paru atau kerusakan jaringan paru,
- sleep apnea.