Pilah-pilih Kurikulum Sekolah, Cuma Tren atau Memang Diperlukan?

Putri Annisa | CNN Indonesia
Rabu, 30 Agu 2023 08:01 WIB
Banyak orang tua kini menyekolahkan anak di sekolah berkurikulum khusus, seperti sekolah alam. Kurikulum ini menawarkan pengembangan karakter anak yang sesuai.
Ilustrasi. Banyak orang tua masa kini yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah dengan kurikulum khusus. (Istockphoto/ Shironosov)

Kurikulum 'mahal'

Katanya, ada harga ada kualitas. Frasa ini rasanya cocok disematkan pada sekolah-sekolah berkurikulum khusus yang jumlahnya berjubel saat ini.

Yunita, misalnya, yang harus merogoh kocek hingga Rp14 juta untuk biaya masuk Aiman ke sekolah alam. Belum lagi uang kegiatan tahunan sebesar Rp4 juta, dan SPP bulanan sebesar Rp800 ribu.

Hal yang sama juga dialami Iksan. Untuk memasukkan Orhan ke TK berkurikulum Montessori yang diinginkannya, ia harus merogoh kocek Rp7 juta sebagai biaya masuk dengan uang bulanan sebesar Rp550 ribu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibatnya, label sekolah mahal yang diperuntukkan bagi orang-orang kaya menempel erat di antara sekolah-sekolah berkurikulum khusus ini.

Padahal, sebenarnya sekolah berkurikulum khusus tak selalu harus mahal. Tengok saja Sekolah Batutis Al-Ilmi di Bekasi, Jawa Barat. Sekolah ini mengusung kurikulum dan metode belajar sentra atau beyond centers and circle time (BCCT).

Pada 18 tahun yang lalu, sekolah ini didirikan khusus untuk anak-anak tidak mampu. Tapi lambat laun, sekolah yang didirikan oleh Siska Yudhistira Massardi ini pun terbentuk dengan sendirinya, namun dengan biaya yang masih ramah kantung.

Berbekal ilmu dari Wismiarti Tamin, perintis metode belajar sentra di Indonesia, Siska pun mantap menjalankan Batutis dengan metode yang sama.

Metode sentra adalah model kurikulum pendidikan anak usia dini yang dirancang oleh Pamela C Phelps, seorang pendidik asal Florida, Amerika Serikat. Sekolah dengan kurikulum sentra juga dirancang untuk membangun dan menguatkan karakter anak sejak dini.

Siska menilai metode sentra terbilang lengkap karena berasal dari gabungan sejumlah metode belajar terbaik yang sudah ada.

"Kedisiplinan ada di Montessori, happy learning juga diambil dari beberapa metode belajar ada lagi dari sekolah alam juga kebebasan. Ada semua di metode sentra, bebas tapi ada batasan," jelas Siska.

Sekolah yang dibangun Siska menerapkan in-direct teaching dengan enam pembelajaran sentra. Di antaranya sentra bahan alam, sentra seni, sentra peran, sentra balok, sentra persiapan, dan sentra imtak.

Manfaat yang nyata

Sekolah Sentra BekasiSuasana Sekolah Batutis Al-Ilmi di Bekasi, Jawa Barat yang menerapkan metode pembelajaran sentra. (CNN Indonesia/Putri Annisa)

Iksan, seorang pria asal Tangerang Selatan, melihat banyak perkembangan dari buah hatinya, Orhan. Si kecil mulai masuk di kelas TK A pada pertengahan tahun lalu.

Iksan memilih sekolah yang menggunakan pendekatan Montessori. Nama terakhir adalah metode pendidikan yang dikembangkan oleh Maria Montessori pada awal 1900. Metodenya fokus pada pengembangan potensi anak dengan memberikan kebebasan belajar dan menggunakan alat belajar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

"Kami ingin Orhan belajar mengembangkan bakat dan keinginannya sejak dini," ujar Iksan. Di sekolah berkurikulum Montessori, lanjutnya, anak-anak lebih bebas berekspresi. Pembelajaran dari guru pun lebih ke arah memandu, bukan memaksa.

Hasilnya, kini Orhan mulai berani tampil di depan publik. Ia juga mulai detail dan disiplin untuk melakukan sesuatu, seperti rajin mencuci tangan sebelum makan.

Banyaknya manfaat dari kurikulum sekolah yang mumpuni juga diamini oleh Aninda. Menurut dia, kurikulum sekolah yang baik dan cocok dengan karakter serta kebutuhan anak bisa membuat mereka lebih mudah menerima dan memahami pelajaran yang diberikan, sehingga bisa menumbuhkan rasa senang belajar. Kurikulum ini juga dapat mengasah kemampuan berpikir kritis dan resiliensi (ketangguhan) anak.

"Juga membentuk pribadi yang selaras dengan metode pembelajaran yang diberikan. Misalkan, sekolah agama membentuk pribadi yang cinta beribadah, sekolah Montessori membentuk pribadi yang lebih mengenal potensi personalnya, dan sebagainya," jelas Aninda.

Meski demikian, Aninda mewanti-wanti para orang tua agar memerhatikan berbagai aspek sebelum memutuskan menyekolahkan anak dengan kurikulum tertentu. Orang tua diminta untuk lebih memahami kurikulum yang akan diambil agar sesuai dengan karakter anak.

"Pastikan juga, sebagai orang tua, kita mampu mendukung pembelajaran yang selaras dengan kurikulum tersebut di rumah," ujar Aninda mengingatkan.

Dengan kata lain, orang tua tak bisa hanya mengandalkan sekolah untuk kewajiban mendidik anak. Orang tua seyogianya tetap menjadi 'sekolah pertama' bagi anak.

"Misalnya ingin memasukkan [anak] ke sekolah agama, berarti orang tua juga perlu aktif mengembangkan ajaran agama di rumah. Kembali lagi, agar tercipta pendidikan yang holistik dan selaras," ujar Aninda.

Manfaat dari kurikulum khusus ini juga diamini oleh Heru. Ia tak menampik jika pilihan orang tua untuk menyekolahkan anak di sekolah swasta dengan berbagai kurikulum jadi sebuah kritik dan masukan tersendiri bagi pemerintah untuk terus berbenah.

"Orang tua punya pertimbangan untuk menyekolahkan anaknya di mana saja, sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman mereka akan kurikulum belajar, serta kemampuan finansial masing-masing keluarga," jelas Heru.

Yang jelas, Heru mengingatkan, sekolah harus memiliki tiga fungsi. Di antaranya fungsi kuantitatif dan kualitatif dalam hal transfer ilmu, serta fungsi validatif berupa rapot dan ijazah yang bisa membuktikan anak telah lulus dari berbagai jenjang pendidikan.

Toh, setiap orang tua tentu menginginkan pendidikan yang terbaik untuk buah hatinya.

(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER