Pihak Bandara Changi menyatakan harapan bahwa sistem biometrik yang akan datang akan membantu memperlancar arus penumpang.
"Sistem imigrasi kita harus mampu mengelola jumlah pelancong yang tinggi dan terus bertambah ini secara efisien dan memberikan pengalaman yang positif, sekaligus memastikan keamanan kita," ujar Teo.
Para pengamat travel menyebut perjalanan tanpa hambatan telah menjadi tren di seluruh dunia dan identifikasi biometrik akan segera menjadi masa depan perjalanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2018, Bandara Internasional Dubai memperkenalkan terowongan biometrik "Smart Gates", yang menggunakan pengenalan wajah untuk memverifikasi identitas wisatawan hanya dalam lima detik.
Penumpang juga diperbolehkan menggunakan sidik jari atau pemindaian wajah untuk otentikasi, dibandingkan mengandalkan paspor fisik.
Di tempat lain di dunia, teknologi pengenalan wajah sudah digunakan sampai batas tertentu seperti di Bandara Internasional Hong Kong, Tokyo Narita, Tokyo Haneda, Indira Gandhi International di Delhi, London Heathrow dan Paris Charles de Gaulle, serta bandara lainnya.
Tanda pengenal digital, sesuai dengan standar Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) di Aruba, memungkinkan wisatawan melakukan perjalanan menggunakan versi digital aman dari paspor mereka di ponsel.
Di AS, maskapai penerbangan besar seperti American Airlines, United, dan Delta telah bereksperimen dengan check-in biometrik, penyerahan bagasi, dan gerbang keberangkatan di bandara tertentu selama beberapa tahun terakhir.
(wiw)