Jakarta, CNN Indonesia --
Pagi itu, satu hari di tahun 2020, Bayu bangun tidur dengan rasa sangat tidak nyaman di dada sebelah kiri. Nyeri itu kian terasa saat ia menarik napas.
Bayu (36) adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di salah satu kementerian. Pada 2020, ia mendapat kesempatan melanjutkan studi ke Australia lewat jalur beasiswa LPDP. Bayu yang saat itu sudah punya dua orang putra, berencana membawa serta keluarga kecilnya menemaninya belajar di negeri orang.
Rencananya, istri dan kedua anak Bayu bakal menyusul sebulan kemudian. Tapi apa daya, pandemi Covid-19 menyerang dunia, dan Australia turut memberlakukan lockdown. Rencana itu pun urung berlangsung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembelajaran di kampus lalu dilanjut secara daring selama hampir 9 bulan. Bayu terpaksa menjalani hari-hari sendiri tanpa anak-istri.
Hingga suatu hari, Bayu mendapat kabar duka bahwa sang ayah meninggal dan ia memutuskan pulang. Atas izin dari pihak LPDP, ia diperbolehkan melanjutkan studi di tanah air, toh, disana pun proses belajar mengajar tetap saja online.
Namun baru seminggu pulang, serangan itu datang. Nyeri di bagian dada tak kunjung hilang sampai akhirnya ia dan istri memutuskan untuk pergi ke Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit yang tak jauh dari rumahnya di bilangan Bekasi.
"Masuk ke UGD dicek, lah, sama dokter jaga di situ. Akhirnya sama dokter jaga dikasih obat pereda nyeri," kata Bayu bercerita kepada CNNIndonesia.com baru-baru ini.
Menurut Bayu, situasi di UGD kala itu cukup chaos karena banyaknya pasien Covid berdatangan.
Benar saja. Usai diperiksa oleh dokter melalui pemeriksaan EKG, terdeteksi adanya irama jantung yang tidak sesuai dengan kondisi jantung normal. Menurut dokter jaga, kondisi Bayu harus didiagnosis lebih dalam oleh dokter spesialis jantung.
Karena kondisi unit rawat inap yang full, malam hari Bayu dirujuk ke rumah sakit lain. Atas bantuan kerabat, ia akhirnya dirujuk ke RSUD Kota Bekasi, itu pun dengan kondisi yang sama dengan rumah sakit sebelumnya. Penuh pasien Covid.
Singkat cerita, ia lalu ditangani dokter spesialis jantung. Di situlah ia dan istri menerima diagnosis mengejutkan dari dokter.
"Dari kateter dapatlah ada satu pembuluh [jantung] yang mengalami penyempitan, dan langsung diukur sama dokternya itu sekitar 70 sampai 80 persen, di atas 70 persen," ujarnya.
Bayu dan istri kaget bukan main. Ini pertama kalinya Bayu merasa nyeri di dada, namun hasil pemeriksaan menunjukkan adanya penyempitan pembuluh darah di jantung sudah sebesar 70 persen.
Dengan diagnosis tersebut, dokter menyarankan keputusan terbaik adalah Bayu segera menjalani operasi pemasangan ring jantung. Diketahui, pemasangan ring jantung berfungsi untuk melancarkan aliran darah dan oksigen dengan cara memperbesar rongga pembuluh darah yang mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Usai pemasangan ring dan perawatan setelahnya selama satu hari, dokter mengizinkan Bayu untuk pulang.
Simak cerita selengkapnya di halaman selanjutnya...
Bayu tak pernah menyangka jika kini di jantungnya ada ring yang terpasang. Usia Bayu kala pemasangan ring itu masih tergolong muda, 33 tahun.
Dari penjelasan dokter, biasanya sakit jantung yang menyerang di usia muda terjadi karena dua faktor. Pertama, karena merokok. Kedua, faktor genetik.
Namun, kedua faktor itu tak ada dalam dirinya. Ia tidak pernah merokok serta tak memiliki orang tua dengan riwayat sakit jantung dan meninggal di usia muda.
Sebelum menikah, Bayu mengaku rajin olahraga meski ia tak menampik kebiasaan itu mengendur setelah menikah dan punya anak. Ia juga bercerita punya kebiasaan makan yang kurang baik, apalagi saat dinas luar kota.
Dengan habit tersebut, mungkin saja menyebabkan ia mengalami sakit. Namun hal itu terpatahkan lewat hasil medical check up yang selalu aman.
Bayu lantas meyakini semuanya kian terakumulasi saat ia menjalani kuliah di Australia. Karena kondisi lockdown akibat pandemi, jauh dari keluarga, lalu puncaknya kabar sang ayah berpulang, Bayu dilanda stres.
"Dan selama di Australi aku cari makanan yang simpel, aku cari makanan yang processed food, frozen food, kayak nugget, sosis, ayam goreng. Pokoknya yang praktis tinggal digoreng," paparnya.
Satu hal yang membuat Bayu bingung. Hasil pemeriksaan lab terakhir juga menunjukkan angka kolesterol di dalam tubuhnya pun masih wajar. Barulah ketika ia menimbang komposisi tubuh, diketahui ada kelebihan lemak visceral.
"Itu lemak-lemak yang berada di dalam organ tubuh, jadi bisa di liver, lambung, paru-paru, jantung, bisa juga di otak. Nah mungkin yang aku alami kelebihan lemak itu terjadi di pembuluh jantungku."
Minum obat seumur hidup dan ubah gaya hidup
Usai pemasangan ring di jantung, hidup Bayu seolah berubah. Bayu harus rutin mengonsumsi obat-obatan seperti obat pengencer darah, pencegah darah tinggi, dan kolesterol seumur hidup.
"Jadi kalau sudah pasang ring, mau tidak mau kata dokter kita harus mengonsumsi obat-obatan pengencer darah pencegah kolesterol, obat tensi itu seumur hidup," ujar Bayu.
Ia juga mulai pelan-pelan kembali berolahraga seperti jalan kaki dan bersepeda. Namun, ia tak serta-merta mengubah pola makannya karena masih pede dengan hasil medical check up yang baik-baik saja.
Bayu baru mulai tergerak mengubah gaya hidupnya secara utuh setelah sang istri menjalani program diet. Usai mengukur komposisi tubuh, bersama sang istri, Bayu menjalani program fatloss selama 90 hari.
"Dari situ benar-benar berubah. Pola makan berubah, kembali lagi ke olahraga, enggak begadang, istirahat cukup," tuturnya.
Bayu mengaku sejak jantungnya dipasang ring, ia jadi makin termotivasi untuk menjalani hidup sehat. Apalagi, ada keluarga yang sangat ia cintai.
Dari pengalamannya itu ia mengingatkan orang-orang di usia muda untuk disiplin menjalani pola hidup sehat. Meski kondisi tubuh tampak sehat, pastikan untuk selalu menerapkan pola makan yang sehat, istirahat cukup, olahraga teratur, hingga manajemen stres yang baik.
"Orang yang kurus itu belum tentu sehat, apalagi yang berat badannya berlebih atau obesitas itu harus lebih aware lagi pola hidupnya. Karena penyakit bisa datang tiba-tiba, ada yang terdeteksi, ada yang tidak."
Tiga tahun berselang, Bayu merasa saat ini kondisinya jauh lebih baik. Ia bersyukur masih diberi kesempatan menikmati waktu bersama keluarga tersayang.
Belum lama ini ia kembali kontrol ke dokter yang menangani masalah jantungnya 3 tahun lalu. Dari hasil pemeriksaan, dokter menyebut kondisi jantungnya sehat, seperti kondisi jantung yang belum pernah dipasang ring. Ia meyakini kondisi itu dipengaruhi perubahan lifestyle yang ia jalani saat ini.
"Katanya kalau orang yang pernah pasang ring itu akan ada bekas luka di jantungnya. Itu terdeteksi pada saat treadmill, EKG, dan lain sebagainya. Ini Alhamdulillah kata dokter enggak ada bekas luka sama sekali," kata Bayu menutup percakapan.