Kemarin, 1 November, umat merayakan Hari Semua Orang Kudus. Terselip permohonan agar hidup selaras dengan kehendak Tuhan dan berjalan dalam iman. Kemudian hari ini dalam Peringatan Arwah Semua Orang Beriman, umat diingatkan untuk berdoa bagi jiwa-jiwa di api penyucian.
Kematian memang bukan topik yang menyenangkan buat didiskusikan. Bahkan ada yang langsung memotong pembicaraan saat muncul kata 'kematian', 'meninggal' atau sejenisnya muncul.
Kematian lekat dengan kesedihan, penderitaan, duka akan perpisahan. Pun saat duka perlahan mereda, muncul tanya, 'Apakah saudara atau sahabat saya benar-benar masuk surga setelah tiada?'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, jika merujuk pada bacaan Injil hari ini, Tuhan sudah memberikan jaminan.
"Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku."
Kemudian bicara soal kematian, tentu umat ingat dengan Paulus. Dalam suratnya pada umat di Filipi, Paulus berkata:
"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1: 21)
Lantas, kenapa orang meninggal harus melalui api penyucian?
Janji Yesus terdengar menyenangkan dan langsung dimaknai bahwa mereka yang meninggal akan langsung menikmati kebahagiaan surgawi. Padahal, mereka harus melalui api penyucian terlebih dahulu.
Api penyucian berbeda dengan api neraka. Sesuai namanya, api penyucian digunakan untuk menyucikan, memurnikan para jiwa sehingga bersih dan suci dari dosa.
Dalam ajaran Gereja Katolik, untuk bisa masuk surga, jiwa-jiwa harus bersih dan murni. Mereka harus bersih dari dosa sekecil apa pun.
Dalam Peringatan Arwah Semua Orang Beriman, diharapkan doa-doa yang dipanjatkan buat jiwa yang berada di api penyucian agar mereka akhirnya bisa disucikan dan beristirahat dalam damai-Nya.
(els/chs)