Jerit Hati Anak Korban Bully, Takut Lapor hingga Trauma Menghampiri

CNN Indonesia
Senin, 20 Nov 2023 19:45 WIB
Pengalaman menerima perundungan atau bullying selalu jadi pengalaman tak mengenakkan dan sangat menyedihkan. Berikut cerita mereka yang pernah dibully.
Ilustrasi. Bullying atau perundungan anak di sekolah menyebabkan trauma yang dirasakan hingga dewasa. (iStockphoto)

Lain hal dengan Intan, Fia (29) justru mengalami perundungan saat dirinya masih SD. Saat itu, ia belum mengerti bahwa apa yang ia dapatkan dari teman-temannya adalah body shaming yang mengarah kepada bullying.

Fia bercerita saat SD, ia memiliki gigi tidak rapi seperti teman-temannya. Karena kondisi itulah, dia mendapat perlakuan tidak menyenangkan di sekolah.

"Aku dikatain gigi Ronaldo, ada juga yang bilang gigi Boneng," kata Fia kepada CNNIndonesia.com.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kata dia, kebanyakan anak yang membully dia adalah anak laki-laki. Fia mengaku saat itu tidak bisa membalas apa pun perlakuan teman-temannya. Saat itu, di pikiran Fia hanyalah teman-temannya cuma jahil.

Namun tak dimungkiri, perkataan teman-temannya itu membuat Fia sedih dan sakit hati. Ia pun memilih untuk menceritakan kejadian tak enak itu kepada orang tuanya.

Saat itu, orang tua menyemangati Fia untuk membalas perlakuan teman-temannya dengan pretasi. Dan terbukti, prestasi Fia di sekolah saat SD melesat jauh dibandingkan teman-teman yang membullynya.

"Aku buktikan bahwa aku lebih baik dari mereka, dan perlakuan mereka enggak ngaruh buat kehidupan sekolahku."

Trauma yang tak disadari

Perundungan yang diterima Fia memang tak serta-merta berpengaruh kepada kehidupannya di sekolah. Namun, ia mengaku hingga kini masih terus mengingat perkataan teman-temannya sampai membuatnya rendah diri.

Menurut Fia, beberapa saat setelah mengalami bullying, ia memutuskan untuk memakai kawat gigi (behel) untuk memperbaiki penampilannya.

Meski begitu, usai lima tahun memakai behel dan giginya sudah rapi, ia masih tetap tidak percaya diri saat berbicara dengan orang lain.

"Secara enggak sadar aku selalu terngiang-ngiang omongan teman-temanku. Itu seperti cap diriku. Jadilah sampai sekarang aku enggak pede walaupun gigiku udah bagus," ujar Fia.

Sementara bagi Intan, dampak bullying di SMP juga membuatnya trauma dan berpengaruh pada prestasi di sekolah. Ia mengaku kejadian itu membuatnya tidak konsentrasi belajar.

"Nilaiku turun semua, malas belajar pokoknya," kata Intan.

Ia pun terpaksa meneruskan masa sekolah menengah pertamanya itu hingga rampung. "Maksain, karena sayang uang juga," imbuhnya.

Lebih dari itu, perlakuan buruk yang ia terima semasa SMP kini membuatnya jadi pribadi yang kurang percaya diri, apalagi saat sedang bersama banyak orang. Ia selalu takut mengutarakan hal yang ingin ia sampaikan kepada orang lain.

Hanya saja, ia mengaku bersyukur karena dengan kejadian tersebut ia menjadi pribadi yang lebih kuat menjalani hidup. Ia menyebut sejak dewasa sempat beberapa kali bertemu para pelaku yang merundungnya.

Menurut Intan, saat bertemu mereka berlagak tidak mengenal Intan. Intan lantas hanya membalasnya dengan senyuman.

"Aku sekarang jadi merasa bangga sama diri sendiri melihat kalau aku lebih baik dibanding mereka yang ngebully sekarang. Berkat mereka, aku jadi punya kekuatan juga."

(pua/pua)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER