Kendati demikian, turis India juga membantu recovery atau pemulihan untuk pariwisata di Bali. Lalu, soal kriminalitas menurutnya tidak hanya dilakukan oleh wisatawan India dan wisatawan dari negara lainnya juga ada yang melakukannya.
"Termasuk kriminalitas hampir semua wisatawan dari berbagai negara juga melakukan hampir yang sama. Tapi yang pasti, kalau kita khusus bicara India, mereka seusai dengan kelas tadi tapi secara umum kebanyakan dari mereka lebih ribet," ujarnya.
"Mereka (turis India) memberikan recaldent effects buat masyarakat di masa recovery kita. Kan pariwisata kita belum pulih, target kunjungan wisatawan mancanegara kita ke Bali di tahun 2023 baru 4,5 juta dari keadaan normal di tahun 2018 itu 6,2 juta. Jadi, minimal pertumbuhan wisatawan mancanegara itu ada. Dan kita berharap, karena Bali menjadi quality destination, tentu kita berharap ada turis berkualitas yang bisa kita dapatkan," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Karangasem, I Wayan Kariasa, penerbangan langsung New Delhi-Bali akan lebih banyak mendatangkan turis India ke Pulau Dewata, sehingga berdampak pada okupansi hotel.
Menurut I Wayan Kariasa, turis dari India sudah banyak yang datang ke Bali sebelum ada penerbangan langsung. Penerbangan langsung, kata dia, sangat membantu tingkat hunian di hotel-hotel, dan harga tiket penerbangan menjadi lebih murah.
Senada dengan Puspa, I Wayan menyebut turis-turis India memang punya kelas-kelasnya, dan terdapat hal-hal dari segi pelayanan dan sebagainya untuk wisatan dari Negeri Hindustan itu yang agak spesifik.
"Jadi kalau tamu India minta agar atensi dan sebagainya dan mungkin ada hal-hal spesifikasi mereka yang masing-masing," ucap I Wayan.
Dia menilai, turis asal India sama halnya dengan turis-turis negara lain, ada saja yang bikin ulah dan biasanya dilakukan oleh oknum. Menurut dia, itu kembali ke karakter masing-masing personal dari wisatawan itu sendiri.
(kdf/wiw)