HARI BERHENTI MEROKOK SEDUNIA

WHO Sebut Konsumsi Tembakau Menurun di Seluruh Dunia, Kenapa?

CNN Indonesia
Jumat, 09 Feb 2024 05:00 WIB
WHO menyebut konsumsi tembakau di seluruh dunia menurun. (iStockphoto/Sorapop)
Jakarta, CNN Indonesia --

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut jumlah orang yang menggunakan produk tembakau, yang merupakan penyebab utama penyakit pernapasan dan kardiovaskular menurun di seluruh dunia.

Melansir Anadolu Agency, penurunan ini yakni dari 1,26 miliar pada 2020 menjadi 1,24 miliar pada 2022.

Atas inisiatif badan PBB tersebut, tanggal 9 Februari diperingati setiap tahun sebagai Hari Berhenti Merokok Sedunia untuk membantu mencegah bahaya merokok, mengurangi penggunaannya, dan meningkatkan kesadaran sosial.

Laporan WHO memperkirakan penurunan lebih lanjut pada konsumen tembakau, memproyeksikan jumlah orang yang menggunakan produk tembakau di seluruh dunia akan turun menjadi 1,22 miliar pada 2025.

Di antara kawasan di dunia, WHO menemukan Asia Tenggara menjadi kawasan dengan konsumsi tembakau tertinggi pada 2022.

Sekitar 411 juta orang menggunakan produk tembakau di Asia Tenggara, diikuti oleh Pasifik Barat dengan 370 juta, Eropa dengan 179 juta, Amerika dengan 133 juta, Mediterania Timur dengan 92 juta, dan Afrika dengan 60 juta.

Sekitar 224 juta dari sekitar 1,24 miliar orang di seluruh dunia yang mengonsumsi produk tembakau pada tahun 2022 adalah perempuan.

Produk tembakau yang sangat adiktif menyebabkan penyakit pernapasan dan juga penyakit kardiovaskular.

Menurut WHO, lebih dari 8 juta orang meninggal setiap tahun akibat konsumsi tembakau. Masyarakat yang tidak menggunakan produk tembakau juga terkena dampak dari asap rokok yang ada di sekitarnya.

Apalagi asap rokok yang dihirup saat hamil dapat mempengaruhi kesehatan anak seumur hidupnya setelah dilahirkan.

Meskipun jumlah orang yang mengonsumsi produk tembakau menurun, penggunaan rokok elektronik, yang terbagi menjadi nikotin dan non-nikotin, semakin meluas di seluruh dunia.

Dengan alat tersebut, konsumen menghirup asap yang terbentuk akibat pemanasan cairan.

Rokok elektronik, yang baru-baru ini menambahkan berbagai rasa, yang para ahli peringatkan dapat digunakan untuk memikat konsumen muda, juga menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia.

Produk-produk ini menarik minat anak muda melalui penambahan rasa saat dihirup. Perusahaan juga menggunakan ini sebagai strategi penjualan.

Penjual rokok elektrik yang semakin meningkatkan minat anak muda terhadap media sosial, memberikan produk tersebut tampilan seperti mainan.

Menurut data WHO, di 88 negara tidak ada batasan usia minimum yang diperbolehkan untuk menjual rokok elektronik.

Di 74 negara, tidak ada peraturan hukum untuk produk berbahaya ini.

Konsumsi perangkat ini, yang menawarkan sekitar 16.000 rasa, meningkat pesat di kalangan anak-anak dan remaja.

(pua/pua)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK